Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan buka suara terkait target emisi nol bersih atau net-zero emission pada 2050 mendatang yang dinilai terlalu lama.
Dia bahkan berharap bisa Indonesia dapat mencapai net-zero emission sebelum 2050. Menko Luhut menjelaskan bahwa target pencapaian tersebut merujuk pada basis data.
“Kita hidup itu harus juga lihat data, angka-angka. Tidak boleh kita mau lebih cepat dari 2050 [target net zero emission], ya kalau bisa kita lakukan,” kata Luhut di acara Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2023 yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Sabtu (24/6/2023).
Jika merujuk pada basis data, Luhut menyampaikan bahwa mulanya, target net zero emission Indonesia akan tercapai pada 2070. Namun, target tersebut dipangkas menjadi 2060.
“Kita bisa lebih cepat dari 2060 ke teknologi dan disiplin kita semua, [tapi] tidak bisa hanya pemerintah yang bekerja, tanpa bantuan yang lain, itu nggak bisa,” ujarnya.
Kendati demikian, Luhut menjelaskan bahwa untuk mencapai net zero emission dalam waktu kurang dari 2050 tidak sesederhana yang dibicarakan.
Baca Juga
“Tidak sesederhana itu, spirit kalian untuk itu saya setuju. Saya sudah katakan, saya tidak mau juga cucu saya jadi korban kesalahan policy hari ini, itu message yang paling powerfull,” ujarnya.
Di sisi lain, Luhut melanjutkan bahwa Indonesia sudah masuk ke pendanaan transisi energi dengan skema Just Energy Transition Programme atau JETP dengan Amerika Serikat. Adapun, saat ini pemerintah tengah menagih komitmen pendanaan yang disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden pada saat KTT G20 di Bali.
“Satu-satunya negara di dunia yang sukses sampai hari ini dari pihak kita masalah early retirement coal fire itu Indonesia. Anda boleh buka Google, justru sekarang kita kejar Amerika Serikat dan para grupnya, mana uangnya? Kita kejar GFANZ, mana uangnya?” katanya.
Di samping itu, Luhut juga menyebut Indonesia merupakan negara yang paling kaya terkait depleted reservoirs dan saline aquifire yang nantinya akan disuntikkan ke dalam bumi.
“Itu akan kita inject CO2 [karbon dioksida] ke dalam itu, dan itu hal yang sangat besar. Itu tidak akan menyelesaikan masalah [kalau] hanya mengurangi coal fire segala macam kalau kita enggak inject ke dalam bumi dan itu Indonesia leading ke sana,” tutupnya.