Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah bakal mengalihkan sejumlah rangkaian kereta rel listrik (KRL) yang lenggang ke rute padat di tengah rencana impor tiga unit KRL baru dari Jepang yang diperkirakan sampai pada 2025 mendatang.
Pengalihan beberapa KRL lenggang itu diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan KRL pada sejumlah rute padat selama menantikan tambahan armada baru nantinya.
“Jadi rute yang tidak terlalu padat kita pindahkan,” kata Luhut saat ditemui di Kemenko Marves, Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Luhut mengatakan sembari menunggu realisasi pembelian KRL dari Jepang tersebut bakal ada potensi kekurangan armada di tengah tren peningkatan mobilitas masyarakat saat ini.
Menurutnya, upaya impor rangkaian kereta baru tersebut kemungkinan akan memakan waktu sekitar 1 – 2 tahun.
“Kita siapkan penyangga lagi kalau diperlukan, jadi tidak ada masalah,” kata dia.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah memutuskan tidak menyetujui opsi impor KRL bekas dari Jepang dan memilih opsi retrofit atau memperbarui teknologi dan suku cadang pada rangkaian kereta (trainset) existing di Indonesia. Keputusan tersebut diambil dalam rapat bersama pihak-pihak terkait 5 hari yang lalu.
Selanjutnya, dia menuturkan, pemenuhan kebutuhan rangkaian KRL pada 2025 dan setelahnya akan dibangun oleh PT Industri Kereta Api atau Inka pada fasilitas produksinya di wilayah Banyuwangi dan Madiun.
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter selaku operator KRL Jabodetabek berencana untuk mengimpor gerbong KRL bekas dari Jepang dalam rangka peremajaan armada. PT KCI beralasan impor tersebut diperlukan untuk menggantikan rangkaian KRL yang akan dipensiunkan.
Adapun, total rangkaian KRL Jabodetabek yang akan dipensiunkan berjumlah 29 rangkaian kereta. Secara terperinci, 10 trainset akan dipensiunkan pada 2023 dan 19 lainnya menyusul pada 2024.
Sementara itu, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana menilai terdapat sejumlah kekurangan bila pemerintah lebih memilih opsi retrofit untuk memenuhi kebutuhan peremajaan armada KRL pada 2023.
Pertama, PT KCI sebagai operator harus dapat memastikan ketersediaan suku cadang pada rangkaian kereta lama yang akan diperbarui melalui retrofit.
Selain itu, proses pengerjaan retrofit KRL membutuhkan waktu yang cukup lama. Aditya mengatakan, proses pembaruan teknologi pada rangkaian kereta lama dapat memakan waktu hingga 17 bulan.
Hal tersebut juga akan berimbas pada berkurangnya jumlah KRL yang beroperasi melayani masyarakat. Pasalnya, rangkaian kereta harus dimasukkan ke dalam balai yasa atau bengkel untuk menjalani proses retrofit.
"Menurut saya ini [retrofit] bukan solusi yang tepat buat pemenuhan kebutuhan KRL dalam jangka pendek di tahun ini,” kata Aditya.