Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian melaporkan Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Iduladha tidak berpotensi mendorong kenaikan inflasi.
“Diprediksi pada Iduladha tidak terjadi dorongan potensi inflasi yang signifikan,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (19/6/2023).
Mengacu pada tren inflasi di bulan momen Iduladha, inflasi selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan Idulfitri.
Tito menyampaikan bahwa tercatat pola konsumsi selama Idulfitri selalu lebih tinggi dari pada Iduladha.
Sementara melihat Iduladha tahun lalu, komoditas yang dominan menyumbang inflasi yaitu cabai dan bawang merah, yang merupakan bahan-bahan untuk kebutuhan memasak daging kurban.
Sementara itu, Tito mengingatkan hal yang perlu diwaspadai saat ini, yaitu harga sapi dan kambing hidup yang selalu naik dalam 3 tahun terakhir.
Baca Juga
“Yang perlu diwaspadai harga sapi kambing hidup selalu naik dari 2019-2022, meskipun bersifat temporer,” tambahnya.
Pada kesempatanyang sama, Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa tren inflasi Iduladha selalu lebih rendah dari Idulfitri.
Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Putranto mengungkapkan bahwa pada periode Iduladha, masyarakat Indonesia cenderung tidak meningkatkan konsumsinya yang berdampak pada tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan.
Sebagai contoh, pada Iduladha 2019 yang jatuh pada Agustus, inflasi tercatat sebesar 0,12 persen month-to-month (mtm), sementara kala itu Idulfitri (pada Juni) mendorong inflasi di level 0,55 persen (mtm).
Hal serupa terjadi pada masa awal Covid-19 atau 2020, di mana inflasi pada periode perayaan Iduladha yang jatuh pada Juli justru deflasi 10 persen. Sementara perayaan Idulfitri masih menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen.
Pada tahun lalu, Idulfitri mendorong inflasi hingga 0,33 persen (mtm), sementara Iduladha hanya 0,09 persen.
“Kita harapkan upaya pengendalian inflasi menunjukkan tren positif pada Juni,” ujar Windhiarso.