Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Manufaktur Turun Drastis, Pelaku Usaha: Siklus Selepas Lebaran

PMI Manufaktur Indonesia pada Mei 2023 tercatat mengalami penurunan sebesar 2,4 poin menjadi 50,3 dari bulan sebelumnya yang cukup tinggi, yaitu 52,7.
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri manufaktur memandang penurunan purchasing manager’s index (PMI) manufaktur pada Mei 2023 sebagai hal yang tidak baru terjadi di industri padat karya usai periode Lebaran berakhir. 

PMI manufaktur pada Mei 2023 tercatat mengalami penurunan sebesar 2,4 poin menjadi 50,3 dari bulan sebelumnya yang cukup tinggi, yaitu 52,7. Hal ini dikarenakan pesanan baru pada Mei melambat.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S. Lukman menuturkan bahwa pihaknya menanggapi penurunan PMI ini sebagai sesuatu yang wajar. 

Hal ini dikarenakan menurut Adhi, usai periode libur Lebaran dan Ramadan, industri makanan dan minuman (mamin) terbiasa mendapati permintaan berkurang drastis. Meskipun Adhi tidak menjelaskan secara rinci berapa persen penurunan permintaan yang biasa dijajaki usai Lebaran.

“Di industri makanan dan minuman hal ini itu sudah biasa, karena memang siklusnya setelah Lebaran itu agak menurun,” tutur Adhi saat dihubungi Bisnis baru-baru ini, dikutip pada Selasa (13/6/2023).

Lebih lanjut Adhi menjelaskan permintaan baru akan kembali menggeliat ketika memasuki bulan selanjutnya, tahun ini bertepatan dengan Juni atau Juli. Hal ini menurutnya sudah terlihat dari permintaan di awal Juni yang mulai meningkat.

Meskipun Adhi menyebutkan peningkatan permintaan tersebut tahun ini diperkirakan dengan penurunan permintaan dari luar negeri.

“Tapi memang ada kecenderungan ekspor agak turun, biasanya kan selalu naik tapi tahun ini laporan yang saya terima kuartal I/2023 agak turun, kita masih lihat untuk kuartal II/2023,” tambah Adhi.

Senada dengan Adhi, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie juga menuturkan hal yang sama. Menurut Firman, di sektor alas kaki permintaan usai libur Lebaran kerapkali menipis.

Permintaan baru akan kembali meninggi kala periode masuk sekolah atau back to school tiba. Menurut Firman dari tahun ke tahun, periode ini umumnya tidak jauh dari Hari Raya Idul Fitri. 

“Kalau habis lebaran permintaan memang biasa turun, nanti naiknya di back to school,” kata Firman kepada Bisnis baru-baru ini.

Jika dilihat dari data PMI dari tahun ke tahun, berdasarkan catatan Bisnis pada Senin (1/7/2019), pada 2019 saat sebelum pandemi melanda PMI usai Lebaran tepatnya pada Juni 2019 PMI mengalami penurunan sebesar 1 poin menjadi 50,6 dari bulan sebelumnya yang mencapai 51,6.

Sama dengan penyebab penurunan PMI Mei 2023, penurunan PMI Juni 2019 juga disebabkan oleh pelambatan permintaan.

Lalu pada periode setelah Lebaran 2020, PMI kembali meluncur dengan penurunan terdalam yang pernah terjadi di negara Asean. Berdasarkan catatan Bisnis pada Senin (2/8/2020), PMI Indonesia pada Juli anjlok ke level 40,1 dari bulan sebelumnya 53,5. 

Penurunan yang sangat signifikan ini juga disebabkan penurunan output dan permintaan baru karena terhambatnya produksi dan permintaan.

Beranjak pada 2021, PMI manufaktur setelah Lebaran juga menurun 1,8 poin menjadi 53,5 dari bulan sebelumnya yang mencapai 55,3. Meskipun penyebab utamanya adalah mengganasnya virus Covid-19, namun berimbas pada pelambatan permintaan.

Terakhir, berdasarkan DataIndonesia, tahun lalu PMI manufaktur setelah Lebaran tepatnya April 2022 berbeda dengan tahun-tahun yang lain dan justru meningkat sebesar 1,17 persen menjadi 51,9 dari bulan sebelumnya yang mencapai 51,3.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menuturkan, pelambatan pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia disebabkan oleh turunnya permintaan baru akibat kondisi ekonomi domestik dan global yang melambat. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Widya Islamiati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper