Bisnis.com, JAKARTA - Investasi real estat di sejumlah negara Asia Pasifik mengalami penurunan tajam sebesar 30 persen pada kuartal I/2023, khususnya investasi di Singapura, Korea Selatan, dan China.
Berdasarkan data dan analisis dari perusahaan konsultan real estat global JLL (NYSE:JLL), investasi di wilayah Asia Pasifik mencapai US$27 miliar atau setara dengan Rp402,08 triliun pada periode awal 2023.
CEO Capital Markets Asia Pacific JLL Stuart Crow mengatakan, kondisi pasar real estat masih menantang untuk saat ini. Para investor masih melakukan pertimbangan dengan diperketatnya standar pinjaman di pasar real estat komersial.
“Namun, kondisi Asia Pasifik akan tetap aman dan kami yakin bahwa risiko likuiditas masih terkendali dengan baik di kawasan ini, serta dimulainya kembali aktivitas investasi hanya tinggal menunggu waktu," kata Stuart, dikutip Senin (12/6/2023).
Volume investasi China mencapai US$6,9 miliar pada kuartal pertama, turun 17 persen secara tahunan. Kondisi ini masih dipicu dengan aktivitas yang terbatas di luar Shanghai.
Di Singapura, volume investasi turun 67 persen secara tahunan menjadi US$1,9 miliar, dari angka basis sebelumnya yang tinggi, hal ini dikarenakan terbatasnya aktivitas di sektor perkantoran dan ritel.
Baca Juga
Lalu, investasi real estat di Korea Selatan pun mengalami penurunan sebesar 69,5 persen menjadi US$2,5 miliar pada periode yang sama. Margin kredit yang meningkat dan kurangnya ekuitas dan pembiayaan utang menyebabkan kontraksi akut.
Hal yang sama terjadi di Australia yang mencatat transaksi senilai US$3,7 miliar, yang turun 26 persen secara tahunan melanjutkan dampak dari pola kerja hybrid.
Di sisi lain, Jepang mengungguli wilayah lainnya dengan catatan investasi sebesar US$8,9 miliar pada kuartal pertama, naik 4,7 persen secara tahunan, yang didorong oleh lonjakan penjualan kantor oleh perusahaan-perusahaan Jepang dan aktivitas akuisisi oleh J-REITs.
Sementara itu, transaksi di Hong Kong menunjukkan angka kenaikan sedang menjadi US$1,6 miliar karena mayoritas transaksi yang tercatat merupakan transaksi swasta skala kecil dan menengah.