Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan menguat pada 2024 dalam kisaran Rp14.600 hingga Rp15.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam rapat kerja di Komisi XI DPR RI, Perry menyampaikan empat faktor yang akan mendorong penguatan rupiah pada tahun depan. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan 2023 sebesar 4,5 hingga 5,3 persen.
Kedua, laju inflasi yang terkendali pada kisaran 1,5 hingga 3,5 persen. Pada tahun ini, BI memperkirakan tingkat inflasi akan turun menjadi sebesar 3,3 persen.
Ketiga, Perry mengatakan penguatan rupiah juga didukung oleh kondisi eksternal Indonesia yang tetap kuat, dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang diperkirakan tetap rendah.
Keempat, masuknya aliran modal asing ke dalam negeri, baik melalui penanaman modal asing (PMA) ke sektor-sektor yang terkait hilirisasi, juga melalui investasi portofolio.
Baca Juga
“Oleh karena itu, dalam penjelasan kami sebelumnya, rupiah kami perkirakan menguat. Kalau kisaran tahun ini di Rp14.800 hingga Rp15.200, tahun depan di Rp14.600 hingga Rp15.100 per dolar AS,” katanya, Kamis (8/6/2023).
BI mencatat, nilai tukar rupiah secara year-to-date (ytd) terapresiasi sebesar 3,85 persen hingga 31 Mei 2023, lebih baik dibandingkan dengan mata uang India dan Thailand.
Perry menyampaikan bahwa BI terus berkomitmen melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, baik melalui intervensi di pasar spot, domestic non deliverable forward (DNDF), juga bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk melakukan langkah stabilisasi di pasar SBN.