Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan digital, TransTrack menyampaikan pihaknya dapat mengatasi keluhan tentang pengemudi logistik yang ‘nakal’ saat mengakali konsumsi BBM melalui teknologi sensor miliknya.
Chief Executive Officer (CEO) TransTrack Anggia Meisesari mengatakan pihaknya memiliki alat untuk memonitor bahan bakar kendaraan dengan tingkat akurasi mencapai 98 persen.
Artinya, oknum pengemudi logistik yang melakukan “pencurian” pada tangki bahan bakar kendaraanya bisa terdeteksi meski hanya diambil secara minim atau 10-20 liter.
“Nah, dulu pencurian BBM 100 liter, sekarang pinter 10-20 sering [diambil] dan kadang sambil jalan, kalau pakai sensor di pasaran akurasinya 75 persen tidak bisa mendeteksi 10-20 liter, nah dengan ini [sensor TransTrack] tingkat akurasi nya sampai 98 persen,” kata Anggia di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Perusahaan ini juga memiliki teknologi untuk memantau truk-truk dengan muatan yang melebihi kapasitas atau over dimension over load (ODOL). Hanya saja, perusahaan di Indonesia kebanyakan masih kurang memiliki kesadaran tentang keselamatan jalan ini.
Misalnya, dengan ratusan kustomer yang dimiliki TransTrack hanya dua pelanggan yang memakai fitur ini. Artinya, oknum pengemudi atau bahkan perusahaan yang “unik” ini bisa diselesaikan dengan dukungan kebijakan yang mengikat dari penegak hukum di Indonesia.
Baca Juga
“Transtrack punya solusi ODOL, kita punya monitoring hal ini. Tapi dari sekian ratus pelanggan TransTrack yang pasang baru dua [dua perusahaan], yang lain kurang aware karena praktek di lapangan lebih baik bayar daripada kurangi muatan,” tambahnya.
Dia juga menambahkan, kondisi mobilitas logistik di Indonesia jauh berbeda dengan negara Eropa maupun Amerika. Sebab, di kedua wilayah tersebut pengusaha maupun pengemudi memiliki kesadaran tinggi akan keselamatan berkendara.
“Karena sebetulnya law enforcement ODOL ini yang belum signifikan yang membuat perusahaan logistik harus mematuhi, berartikan itu mengancam selamat dan lain lain. Ini udah nomor sekian, tidak terlalu dipikirkan. Beda dengan perusahaan luar seperti Eropa dan Amerika,” ujar Anggia.
Terlebih menurutnya, dari sisi kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan Indonesia dengan Eropa dan Amerika juga berbeda. Pasalnya, di Indonesia masih kebanyakan menggunakan kendaraan model lama atau 2010 ke bawah.