Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK mengajak publik untuk mengingatkan berbagai produsen yang masih mengabaikan limbah produk berupa kemasan plastik.
Hal itu disampaikan Direktur Pengelolaan Sampah, Ditjen PSLB3, Kementerian LHK Novrizal Tahar. Dia menegaskan, perusahaan yang tidak punya komitmen yang serius terhadap Extended Producer Responsibility atau penerapan tanggung jawab produsen yang lebih luas terhadap produk yang dihasilkan, khususnya menyangkut sampah packaging produknya perlu disorot.
“Jika perlu masyarakat mengambil langkah tegas dengan tidak membeli produk-produk dari produsen yang tak punya komitmen tersebut. Masyarakat dapat mengkampanyekan ini sebagai bagian dari tanggungjawab masyarakat terhadap program pemerintah dalam pengurangan sampah, khususnya sampah plastik,” tegas Novrizal Tahar, dikutip dari siaran pers pada Senin (5/6/2023).
Seperti diketahui, aturan hukum soal ini sangat jelas. Semisal, Extended Producer Responsibility (EPR) terdapat regulasi khususyaitu Permen LHK No. 75/2019. Hal tersebut juga tertuang dalam Undang-undang Pengelolaan Sampah 2008.
Pada Pasal 15 undang-undang tersebut, menyatakan bahwa produsen bertanggung jawab atas pembuangan kemasan dan produk yang tidak dapat dikomposkan atau sulit untuk dijadikan kompos.
Begitu juga dengan Perpres 81/2012, industri diwajibkan menggunakan bahan daur ulang dan mengurus daur ulang kemasan. Peraturan 97/2017 (juga dikenal sebagai Jakstranas) dibangun di atas peraturan dari 2012 dan merumuskan target konkret untuk pengurangan limbah dan menetapkan berbagai langkah yang mungkin tentang bagaimana mencapai pengurangan ini.
Baca Juga
Novrizal mengungkapkan, potensi sampah plastik di Indonesia mencapai 18,12 persen dari total timbulan sampah 69,2 juta ton, setara 12,54 juta ton per tahun. Namun, potensi sebagai sumber daya cukup besar dengan penerapan ekonomi sirkular.
Dikemukakan Novrizal, berdasarkan data SIPSN Tahun 2022, sampah plastik adalah jenis sampah yang persentasenya paling besar kedua setelah sampah sisa makanan. Bedanya, sampah plastik tidak mudah terurai, butuh waktu hingga ratusan tahun untuk terurai secara alami.
“Jadi, perlu gerakan massif dan jika perlu revolusi budaya yakni gaya hidup minim sampah termasuk sampah plastik,” tandasnya.