Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Plastik Melorot, Kemenperin Klaim Sentimen Idulfitri

Dari data Kemenperin, terdapat 6 produk plastik yang tercatat mengalami penurunan nilai impor secara bulanan pada April lalu.
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Impor plastik mengalami penurunan tajam sehingga mempengaruhi kinerja impor keseluruhan  bahan baku/penolong industri yang terjadi pada April 2023. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut penurunan terjadi menyusul anjloknya permintaan domestik sehabis Lebaran Idulfitri.

Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang diperoleh Bisnis, penurunan dialami oleh 2 komoditas bahan baku. Pertama, barang dari plastik yang mengalami penurunan sebesar 32,7 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dengan nilai impor US$200,67 juta.

Kedua, resin sintetis (bahan baku barang dari plastik, termasuk untuk komponen bodi mobil) mengalami penurunan sebesar 39,94 persen mtm dengan impor US$362,84 juta.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni mengatakan penurunan tersebut di atas disebabkan oleh penurunan permintaan yang lazim terjadi setelah lonjakan produksi selama Ramadan dan Lebaran Idulfitri.

“Impor April 2023 turun disebabkan oleh penurunan permintaan domestik. Hal ini terkait dengan Ramadan dan libur lebaran. Produksi jauh lebih tinggi karena mengejar target penjualan sebelum ramadan dan lebaran,” kata Febri kepada Bisnis, (16/5/2023).

Dari data Kemenperin, terdapat 6 produk plastik yang tercatat mengalami penurunan nilai impor secara bulanan pada April lalu. Antara lain, plastik lembaran 34,43 persen, plastik kemasan 25,79 persen, plastik bangunan 25,33 persen.

Kemudian, plastik untuk perlengkapan dan peralatan rumah tangga (kecuali furnitur) 25,33 persen, pipa plastik dan perlengkapannya 79,3 persen, serta platik lainnya sebesar 36,15 persen.

Berbeda dari pemerintah, kalangan importir justru menilai ketentuan importasi yang diatur dalam PP No. 28/2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian sebagai faktor penurunan impor bahan baku/penolong yang belum pulih dari tahun lalu.

Dalam Pasal 19, aturan turunan UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker) tersebut mengatur impor bahan baku/penolong hanya dilakukan oleh perusahaan bernomor induk usaha sebagai importir produsen.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan regulasi itu tidak memberikan ruang kepada sebagian importir, khususnya importir umum.

“Sejak 15 Desember 2022, importir umum tidak bisa mengimpor. Bahkan, untuk bahan baku/penolong seperti ban industri dan pertambangan yang tidak diproduksi di Indonesia sudah tidak bisa sejak September 2022,” kata Subandi kepada Bisnis.

Sekadar informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor bahan baku/penolong pada April 2023 turun sebesar 25,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Padahal, bahan baku/penolong memiliki kontribusi sebesar 75,57 persen terhadap keseluruhan nilai impor April 2023 dengan nilai mencapai US$11,60 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper