Pada kuartal I/2023, IPCM mencatatkan pendapatan Rp291,6 miliar atau tumbuh 36,8 persen (YoY) dari Rp213 miliar. Alhasil, pada kuartal I/2023 IPCM membukukan laba Rp47,1 miliar atau naik 25,1 persen (YoY) dari sebelumnya Rp37,7 miliar.
Mulanya, IPCM menjalankan bisnis di wilayah operasional Pelindo regional 2, yakni dari Sumatra Barat hingga Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Pasca merger Pelindo, IPCM pun bisa menjalankan layanan di Aceh dan kini melirik potensi bisnis di wilayah lainnya.
"Kami mengejar potensi [kapal pengiriman hasil] tambang, kapalnya kan tetap harus menggunakan layanan pandu dan tunda. Kapalnya [yang disediakan IPCM] sesuai jenis komoditas tambangnya. Kami sedang mengincar potensi yang nikel, [komoditas] lain-lainnya, tambang di wilayah timur," ujar Shanti pada Jumat (26/5/2023).
Shanti menjelaskan bahwa bisnis yang bersifat mandatory tidak selalu memberikan profitabilitas yang maksimal, karena operasional layanan di sejumlah pelabuhan mungkin belum sesuai ekspektasi komersil tetapi berperan dalam membantu geliat perekonomian daerah. Oleh karena itu, IPCM pun menggenjot bisnis di luar Pelindo.
Pada kuartal I/2022 bisnis non Pelindo berkontribusi 20 persen terhadap pendapatan perseroan, lalu pada kuartal I/2023 porsinya naik menjadi 27 persen. Shanti menyebut bahwa hal itu turut memengaruhi bottom line IPCM, sehingga akan menjadi strategi untuk mendorong profitabilitas ke depannya.
"Bisnis di luar Pelindo di antaranya [pembayaran] dengan [mata uang] dolar, itu menyebabkan kami mencapai peningkatan signifikan. Alhamdulillah metode [optimalisasi bisnis di luar Pelindo] berhasil, sehingga komersialisasi itu kami ukur dan hasilnya terlihat dari kinerja keuangan," katanya.