Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wagub Jateng Keluhkan Harga Gas Industri Masih Tinggi

Wagub Jateng Gus Yasin menyinggung harga gas industri yang lebih tinggi dari acuan Kementerian ESDM.
Jaringan pipa gas/Bloomberg
Jaringan pipa gas/Bloomberg

Bisnis.com, SURABAYA — Pemprov Jawa Tengah melaporkan sebagian kawasan industri masih menerima harga gas di kisaran US$9 hingga US$17 per one million British Thermal Units (MMBtu) atau jauh lebih tinggi dari amanat harga gas khusus yang dipatok Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di level US$6 per MMBtu. 

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin mengatakan harga gas hingga saat ini masih belum seragam di beberapa kawasan industri yang berada di Jawa Tengah. Malahan, jaringan gas belum semuanya terbangun sampai ke lokasi kawasan industri.

“Harga gas di kawasan industri masih tinggi berkisar US$9 sampai US$17 per MMBtu,” kata Gus Yasin di Surabaya, Selasa (23/5/2023).

Gus Yasin menambahkan peraturan yang ditetapkan lewat Permen ESDM No. 8/2020 tentang Tata Cara Penetapan Pengguna Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri dan Permenperin No. 18/2020 belum mengatur tata cara untuk para investor baru memperoleh harga gas mandatori di level US$6 per MMBtu. 

Konsekuensinya, beberapa industri belum dapat menekan ongkos produksi mereka untuk bersaing di pasar. Di sisi lain, monetisasi lapangan gas prospektif di kawasan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) belakangan terkendala akibat ketidakpastian pembeli. 

Kendati demikian, potensi permintaan gas bumi di Jawa Tengah berasal dari beberapa kawasan industri seperti Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan Kawasan Industri Aviarna (KIA). Nantinya potensi permintaan gas dari kawasan industri itu diharapkan dapat disambung lewat Pipa Cirebon-Semarang atau Cisem.

Berdasarkan data yang dihimpun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, kebutuhan gas dari KIW dengan luasan lahan kurang lebih 250 hektare (Ha) itu hanya mencapai 0,0871 MMSCFD dan diprediksi pengembangannya ke depan tidak lebih dua kali lipatnya saat ini.

Sementara kebutuhan gas di KIK dan KITB masing-masing sebesar 0,91 MMSCFD dan 10,3 MMSCFD pada tahun ini. Selain itu, kebutuhan gas untuk KIA diperkirakan mencapai 0,50 MMSCFD sepanjang 2023.

“Update pembangunan pipa gas bumi transmisi Semarang – Batang sepanjang 62 kilometer saat ini sudah berada pada tahap konstruksi dengan progres pembangunan kurang lebih 88,04 persen, diharapkan beroperasi bertahap pada akhir 2023,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, SKK Migas memproyeksikan surplus pasokan gas pada wilayah kerja bagian Jawa, Bali dan Nusa Tenggara atau Jabanusa dapat mencapai 50 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) pada akhir paruh pertama tahun ini.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, surplus pasokan gas itu disebabkan karena masifnya kegiatan onstream serta peningkatan kapasitas produksi dari beberapa lapangan di kawasan tersebut beberapa waktu terakhir.

Tjip mengatakan, rencana peningkatan produksi atau ramp up dari proyek strategis nasional Jambaran Tiung Biru (JTB) 100 persen kapasitas terpasang bulan depan menjadi penopang situasi pasokan gas berlebih akhir Juni 2023.

“JTB sendiri yang kemarin beroperasi 60 persen akan segera jadi 100 persen produksinya mencapai 192 MMscfd,” kata Tjip di Surabaya, Senin (22/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper