Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika UNEA Batasi Produksi Virgin Plastic, RI Siap-Siap Banjir Impor

Pembatasan plastik virgin itu juga dikhawatirkan berdampak terhadap lapangan kerja sektor industri terkait.
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah United Nations Environtment Assembly (UNEA) mengurangi produksi plastik original (virgin plastic) meningkatkan risiko peningkatan impor zat sintetis itu ke Indonesia.

Menurut Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Edi Riva’i, kebutuhan plastik dalam negeri 60 persen dipenuhi dari impor.

“Sebanyak 60 persen market share kebutuhan plastik di Indonesia dari impor. Cuma 40 persen dari produksi lokal,” kata Edi kepada Bisnis, Selasa (23/5/2023).

Berdasarkan data Inaplas, kebutuhan bahan baku plastik dalam negeri saat ini masih net impor dengan nilai mencapai US$2,8 miliar per tahun.

Sementara itu, 3 mega proyek petrokimia oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), PT Lotte Chemical Titan Nusantara dan PT Pertamina (Persero) untuk periode 2022 - 2027 dengan nilai investasi US$18 miliar.

Pemerintah juga berencana membangun industri petrokimia di Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI), Kalimantan Utara (Kaltara) dengan nilai investasi mencapai US$56 miliar.

“Produksi plastik RI rendah, sedangkan negara lain seperti Singapura, China, dan Thailand oversupply. Kalau Indonesia tidak boleh bangun, produk mereka yang masuk ke sini,” jelasnya.

Selain berpotensi mengganjal investasi, upaya pengurangan produksi plastik virgin yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam UN Treaty on Plastic Pollution juga dikhawatirkan berdampak terhadap sektor ketenagakerjaan industri terkait.

Data Inaplas menyebut langkah ini menghilangkan potensi serapan tenaga kerja hingga 3,2 juta orang melalui rencana beberapa mega proyek pembangunan industri petrokimia tersebut.

Ditambah lagi, kegiatan daur ulang plastik telah melibatkan 57.500 tenaga kerja dan 1.370 UMKM jika mengacu kepada data Sustainable Waste Indonesia pada 2021.

Pelaku industri petrokimia menilai posisi Indonesia sebagai negara yang mendukung pengurangan produksi plastik tidak tepat sasaran karena konsumsi plastik di dalam negeri lebih kecil dibandingkan dengan negara lain.

Sebaliknya, plastik sangat diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kemasan makanan minuman, peralatan rumah tangga, infrastruktur, otomotif, dan banyak kebutuhan lain.

Terkait dengan dampak, plastik dinilai lebih kecil terhadap perubahan iklim, pengasaman, eutrofikasi, dan penipisan lapisan ozon dibandingkan dengan material lainnya jika mengacu kepada United Nations Environment Programme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper