Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia mencatatkan surplus nilai neraca perdagangan dengan China sebesar US$479,6 juta atau sekitar Rp7 triliun (kurs Rp14.661 per dolar AS) pada April 2023.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Badan Pusat Statsitik (BPS) Imam Machdi mengungkapkan bahwa surplus tersebut terjadi utamanya pada komoditas bahan bakar mineral dengan kode HS dua digit 27 sebesar US$1.299,1 juta.
Selain itu, dia menuturkan penyumbang surplus terbesar dengan negara mitra utama China oleh komoditas besi dan baja (HS 72) senilai US$1.027 juta serta nikel dan barang daripadanya (HS 75) sebesar US$425,6 juta.
Menurutnya, capaian surplus tersebut berasal dari kinerja ekspor Indonesia ke China senilai US$4.620,5 juta. Sementara impor dari China sebesar US$4.140,9 juta.
“Artinya, bahwa nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China masih lebih besar daripada nilai impor dari China,” ujarnya dalam Rilis BPS, Senin (15/5/2023).
Meski mencatatkan surplus, perdagangan nonmigas Indonesia dengan China untuk ekspor tercatat turun sebesar 18,49 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm).
Baca Juga
BPS juga melaporkan kinerja impor nonmigas kedua negara mitra dagang tersebut turun hingga 27,12 persen (mtm).
Selain China, nilai total perdagangan Indonesia selama 2023, terdapat lima negara utama dengan nilai total perdagangan terbesar, yaitu China, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan India.
Tertinggi India yang mencatatkan surplus sebesar US$1,1 miliar pada April 2023, sementara perdagangan Indonesia dengan AS tercatat surplus US$913,8 juta yang disumbang oleh alas kaki, pakaian aksesoris, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Selain itu, perdagangan dengan Jepang juga mencatatkan surplus sebesar US$410,7 juta dan Singapura sebesar US$51,4 juta.