Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada April 2023 ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara tujuan ekspor terbesar mengalami penurunan.
Ada tiga negara tujuan ekspor nonmigas dengan penurunan terbesar, yaitu China, Amerika Serikat, dan Jepang.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi menuturkan, penurunan nilai ekspor terbesar terjadi ke negara China sebesar US$1,05 miliar atau turun sebesar 18,49 persen.
“Dengan penurunan terbesar pada komoditas, antara lain bahan bakar mineral, lemak hewan minyak nabati, serta besi dan baja,” ujar Imam dalam jumpa pers, Senin (15/5/2023).
Kemudian, ekspor nonmigas ke AS mengalami penurunan senilai US$393,1 juta. Komoditas yang mengalami penurunan, yaitu pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan/HS62), pakaian dan aksesorisnya (HS 61), dan minyak lemak hewan nabati (HS 15).
Lalu, penurunan terbesar ketiga terjadi ke Jepang, yang turun senilai US$385,1 juta. Komoditasnya, yaitu bahan bakar mineral (HS 27), logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71), dan kendaraan serta bagiannya (HS 87).
Baca Juga
Sementara itu, Imam melanjutkan untuk negara tujuan ekspor nonmigas dengan peningkatan terbesar selama April 2023, yaitu Pakistan, Qatar, dan Jerman.
Untuk Pakisatan mengalami peningkatan sebesar US$126,3 juta. Komoditas yang menyumbang terbesar, yaitu lemak dan minyak hewani nabati, kertas karton dan barang daripadanya (HS48) dan berbagai produk kimia (HS 38).
Kemudian, ekspor ke Qatar mengalami kenaikan US$90,3 juta dengan komoditasnya, yaitu kapal perahu dan struktur terapung (HS 89), barang besi dan baja (HS 73), serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84).
Selanjutnya, ekspor ke Jerman dengan peningkatan US$53,3 juta dengan komoditasnya bijih logam, terak dan abu (HS 26), kendaraan dan bagiannya (HS 87), olahan daging, ikan, dan moluska (HS 16).
Sementara itu, pada April 2023, BPS melaporkan neraca perdagangan barang kembali mencatat surplus sebesar US$3,94 miliar. Artinya, neraca perdagangan Indonesia sampai April 2023 mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus April 2023 menguat dibandingkan bulan sebelumnya, meski dicatat lebih rendah dibandingkan April 2022.