Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data terkait kinerja ekspor impor untuk periode April 2023, di mana bersamaan dengan momentum Ramadan dan Idulfitri.
Sebelumnya, pada Maret 2023 nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,50 miliar, naik 9,89 persen dibanding ekspor Februari 2023. Bila dibandingkan secara tahunan atau dengan Maret 2022 nilai ekspor turun sebesar 11,33 persen.
Kinerja ekspor tersebut diikuti dengan nilai impor yang mencapai US$20,59 miliar, naik 29,33 persen dibandingkan Februari 2023 atau turun 6,26 persen dibandingkan Maret 2022.
Dengan demikian, neraca perdagangan pada Maret 2023 mengalami surplus US$2,91 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$4,58 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,67 miliar.
Adapun, ekonom kompak memproyeksikan kinerja surplus neraca dagang akan berlanjut namun akan menipis.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah meyakini reli surplus dalam 35 bulan terakhir akan berlanjut dan kecil kemungkinan terjadi defisit.
Baca Juga
“Tahun 2023 saya perkirakan kami [Indonesia] masih akan surplus neraca perdagangan. Walaupun dengan nilai surplus yang akan terus menipis,” ungkapnya, Minggu (14/5/2023).
Sementara Ekonom Center of Reform on Economics (Core) M. Faisal menyampaikan meski terdapat penurunan permintaan ekspor, potensi Indonesia untuk tetap surplus tetap cerah.
“Walaupun ekspor itu turun, kalau impor turun lebih tajam, ini potensi masih akan surplus, namun untuk jangka panjang, surplus masih akan mengalami penyempitan,” katanya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan surplus akan berada di kisaran US$3 miliar - US$4 miliar pada perdagangan April 2023.
“Biasanya rata-rata surplus sekitar US$5 miliar, menurut saya akan semakin mengecil lagi, mungkin sekitar US$3 miliar - US$4 miliar [pada April],” tuturnya, Minggu (14/5/2023).
Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksikan capaian surplus neraca dagang pada April 2023 akan mencapai US$3,25 miliar.
Kinerja ekspor pada April 2023 diperkirakan anjlok 21,2 persen year-on-year (yoy), lebih dalam dari kontraksi bulan sebelumnya yang sekitar 11,33 persen (yoy).
Sementara itu, impor juga terkontraksi, yakni sekitar 7,5 persen (yoy) pada April 2023, sekaligus lebih dalam dari kontraksi 6,26 persen (yoy) pada Maret 2023. Kontraksi ini pun dipengaruhi oleh produksi domestik dan kegiatan investasi yang melambat di tengah periode libur Lebaran.
“Kami masih mengantisipasi surplus perdagangan yang cenderung terus menyusut,” ujarnya, dikutip Senin (15/5/2023).
Menurutnya, surplus perdagangan dapat bertahan lebih lama dari yang diantisipasi karena penurunan harga komoditas akan lebih bertahap karena pembukaan kembali ekonomi China, pengurangan produksi minyak OPEC+, produksi beberapa komoditas yang lebih rendah di tengah kemungkinan El Nino yang tinggi tahun ini dan meredanya krisis energi global.