Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi Surplus Neraca Dagang April 2023 Susut, Bagaimana Dampaknya?

Surplus neraca dagang pada April 2023 diperkirakan menyusut, tetapi ekonom memiliki pandangan berbeda terkait dampak yang ditimbulkan terhadap ekonomi.
Ekspor - freepik
Ekspor - freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan kinerja ekspor impor pada April 2023 semakin melambat dan menyebabkan menyusutnya surplus neraca dagang yang dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengungkapkan bahwa salah satu dampak dari menipisnya surplus dari neraca dagang berpotensi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

“Karena selama dua tahun terakhir, net ekspor yang menjadi sumber pertumbuhan utama ketika konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami pelemahan akibat pandemi Covid-19,” ungkapnya, Minggu (14/5/2023). 

Faisal melihat saat ini pelemahan kinerja ekspor telah terjadi sejak pertengahan tahun lalu. Sementara untuk impor juga telah menunjukkan penurunan sejak kuartal IV/2022, bahkan pada Maret 2023 Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan telah terkontraksi sebesar 6,26 persen year-on-year (yoy). 

Meski demikian, Faisal yakin tren surplus masih akan berlanjut sepanjang 2023. Meski ekspor melambat dengan harga komoditas andalan turun, di sisi lain, impor juga mengalami penurunan yang cukup tajam. 

Tak lepas dari kondisi ekonomi domestik yang tingkat konsumsinya mulai mengalami pelemahan, sehingga mempengaruhi tingkat impor, baik barang konsumsi maupun produksi. 

Mengacu pada realisasi impor Maret 2023, impor bahan baku/penolong terkontraksi cukup dalam secara tahunan sebesar 11,17 persen (yoy). Begitu pula konsumsi yang minus 2,92 persen. Sementara hanya barang modal yang tumbuh positif 18,49 persen. 

“Walaupun ekspor itu turun, kalau impor turun lebih tajam, ini potensi masih akan surplus, namun untuk jangka panjang, surplus masih akan mengalami penyempitan,” tambahnya. 

Berbeda dengan Faisal, Ekonom dan Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah melihat justru penurunan surplus tidak akan berdampak banyak terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Menurutnya, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja tidak besar. Pasalnya, sumber utama ekspor masih pada sektor komoditas bukan manufaktur.

“Meskipun ekspor menurun tetapi konsumsi dan investasi diperkirakan meningkat, karena berakhirnya pandemi. Jadi meskipun surplus neraca perdagangan menurun, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak akan terganggu. Bahkan masih berpotensi untuk meningkat,” ungkapnya, Minggu (14/5/2023). 

Adapun, surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$2,9 miliar. Turun dari Maret 2022 yang mencapai US$4,5 miliar. 

Sementara itu, BPS akan mengumumkan kinerja perdagangan ekspor impor untuk April 2023 pada Senin (15/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper