Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) melihat setidaknya ada empat tantangan utama yang membuat pengembangan energi terbarukan di Indonesia belum bisa melaju kencang.
Ketua I METI Bobby Gafur Umar menerangkan empat tantangan tersebut, antara lain tantangan kebijakan, tantangan pendanaan, tantangan teknologi, dan tantangan sumber daya manusia.
"Bagi kami, para pelaku usaha energi terbarukan yang tergabung dalam METI, semua tantangan itu menjadi hal yang sangat serius untuk diperhatikan, demi pencapaian target pengembangan energi terbarukan," ujarnya seperti dikutip, Rabu (10/5/2023).
Bobby menekankan bahwa tantangan kebijakan merupakan yang paling berpengaruh, karena belum ada mekanisme reward dan punishment bagi para pemangku kepentingan pengembang energi terbarukan. Selain itu, hingga saat ini masih sering terjadi perubahan kebijakan dan peraturan.
Menurutnya peraturan yang berubah-ubah telah mengganggu kalangan dunia usaha bidang energi terbarukan, sehingga perlu ada kebijakan yang bersifat jangka panjang dan memberikan kepastian bagi pengembang maupun investor energi terbarukan. Misalnya, terkait penyederhanaan proses perizinan, pengadaan lahan, serta penyediaan infrastruktur pendukung.
Bergeser ke tantangan pendanaan, Bobby melihat bahwa alokasi pendanaan untuk keperluan pengembangan energi terbarukan selama ini masih mengandalkan APBN, sehingga sangat terbatas.
Baca Juga
Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) ini menilai bahwa di sisi investasi, pengembang swasta skala besar sebenarnya sudah lebih berpengalaman mendapatkan pendanaan. Namun, pengembang swasta skala kecil dan menengah masih menghadapi kendala keterbatasan dalam menyediakan jaminan dan keterbatasan dalam mendapatkan mitra.
Oleh sebab itu, peran dan andil investor asing dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia begitu penting, terutama dalam konteks alih teknologi. "Kami berharap pemerintah dapat membantu mengembangkan pendanaan kreatif untuk membiayai pengembangan energi terbarukan, sehingga beban kepada APBN dapat dikurangi," tambah Bobby.
Namun, METI percaya pemerintah sudah tegas dengan komitmennya untuk secara cepat dan berkesinambungan mengembangkan Energi Terbarukan. Oleh sebab itu, METI didukung Kementerian ESDM Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi pun menyelenggarakan kegiatan tahunan berupa Indonesia EBTKE ConEx.
Tahun ini, Indonesia EBTKE ConEx akan diselenggarakan 12 - 14 Juli 2023 di ICE BSD, Tangerang sebagai salah satu rangkaian acara pada Indonesia Clean Energy Week.dengan tema ‘From Commitment to Action: Safeguarding Energy Transition Towards Indonesia Net Zero Emissions 2060’.
"Penyelenggaraan Indonesia EBTKE ConEx ke-11 ini diharapkan dapat mempertemukan seluruh pemangku kepentingan EBTKE baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk bertukar informasi dan bersama-sama melakukan diskusi terarah, guna pengembangan energi baru terbarukan dan energi bersih di Indonesia,” tutur Eka Satria, Ketua Steering Committee Indonesia EBTKE ConEx 2023
Harapannya, Indonesia EBTKE ConEx 2023 dapat menghasilkan diskusi serta hasil yang baik dan bisa mengubah komitmen menjadi aksi seperti tema yang diusung tahun ini.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana pun menegaskan bahwa pemerintah Indonesia masih menjaga komitmen untuk menjalankan transisi energi dan terus mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi baru dan energi terbarukan.
"Upaya menghentikan operasi PLTU lebih dini, mengembangkan utilitas tenaga surya, panas bumi, maupun tenaga dari energi terbarukan terus dilakukan untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 mendatang.
Dadan pun berharap kegiatan Indonesia EBTKE ConEx tahun ini dapat menjadi tempat seluruh pemangku kepentingan memberikan dukungan agar transisi energi dapat berjalan sesuai jalurnya.