Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal I/2023 tumbuh sebesar 4,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Perkiraan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2022 yang mencapai 5,01 persen yoy.
Faisal mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2023 terutama disebabkan oleh dampak inflasi yang relatif tinggi dan risiko perlambatan ekonomi global yang sedikit menghambat kegiatan konsumsi, investasi, dan ekspor.
“Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,00 persen [quarter-to-quarter/qtq] dari pertumbuhan 0,36 persen qtq di kuartal IV/2022. Pertumbuhan pada kuartal pertama secara musiman selalu mencatat kontraksi karena normalisasi peningkatan konsumsi di akhir tahun akibat libur tahun baru,” katanya, Kamis (4/5/2023).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2023 akan didukung oleh perbaikan di sektor domestik. Pertama, konsumsi rumah tangga terlihat cukup tangguh, meskipun inflasi cukup tinggi di kuartal pertama.
Kedua, belanja pemerintah diperkirakan pulih dari kontraksi pada kuartal IV/2022 seiring dengan meningkatnya belanja barang
Baca Juga
Ketiga, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal I/2023 diperkirakan cenderung stagnan dari kuartal IV/2022. Meski demikian, Faisal mengatakan bahwa investasi bangunan terindikasi membaik.
Secara keseluruhan, Faisal memperkirakan ekonomi Indonesia tetap tangguh sepanjang 2023, meski pertumbuhan ekonomi global melambat.
Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023, menurutnya, kemungkinan besar akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik. Kegiatan ekspor mulai terlihat melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global, yang dipicu oleh Amerika Serikat dan kawasan Eropa.
Konsumsi rumah tangga pada 2023 juga akan didukung oleh penurunan inflasi, berkat keberhasilan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga pangan.
Sementara itu, belanja pemerintah yang mengalami kontraksi pada 2022 diperkirakan kembali mencatatkan pertumbuhan pada 2023.
"Konsolidasi fiskal atau kembalinya defisit fiskal ke bawah 3 persen dari PDB lebih cepat dari yang direncanakan memberikan ruang bagi pemerintah untuk kembali ke kebijakan pro-pertumbuhan. Hal ini termasuk untuk belanja persiapan Pemilu 2024," kata Faisal.
Dia menambahkan sumber PMTB atau investasi pada 2023 akan bergeser dari investasi nonbangunan, terutama investasi terkait komoditas, ke investasi bangunan. Hal ini didukung oleh anggaran yang lebih tinggi untuk infrastruktur dalam APBN 2023, kelanjutan Proyek Strategis Nasional, proyek hilirisasi, dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan menurun menjadi 5,04 persen,” kata Faisal.