Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Ungkap Bahaya Fragmentasi Geopolitik ke Prospek Ekonomi Global

Peningkatan fragmentasi geopolitik menimbulkan ancaman serius bagi perdagangan dan investasi dalam perspektif jangka panjang.
Menkeu Sri Mulyani menjadi pembicara di event Governors’ Seminar: Policies to Support Asia’s Rebound di Incheon, Korea Selatan
Menkeu Sri Mulyani menjadi pembicara di event Governors’ Seminar: Policies to Support Asia’s Rebound di Incheon, Korea Selatan

Bisnis.com, INCHEON – Peningkatan fragmentasi geopolitik menimbulkan ancaman serius bagi perdagangan dan investasi dalam perspektif jangka panjang. Situasi ini pada gilirannya, juga akan mengancam prospek pertumbuhan ekonomi global.

Gubernur ADB Indonesia sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan fragmentasi geopolitik akan memicu deglobalisasi. Negara-negara hanya akan memprioritaskan kemitraan ekonomi dengan sekutu dekat.

“Kami melihat bahwa kecenderungan ini akan mengubah lanskap geopolitik dan geoekonomi yang ada, dan akan memiliki dampak yang tidak proporsional pada negara lain, terutama ekonomi berkembang dan kurang berkembang,” katanya dalam Governor’s Business Session, bagian dari Pertemuan Tahunan Ke-56 ADB di Incheon, Korea Selatan, Kamis (4/5/2023).

Indonesia, sambungnya, sangat mendorong negara-negara untuk berhati-hati menilai potensi dampaknya terhadap ekonomi global dan regional.

Indonesia juga menekankan pentingnya multilateralisme untuk menavigasi kompleksitas lanskap ekonomi dan geopolitik global saat ini. Multilateralisme, kata Sri Mulyani, berdiri sebagai pilar penting untuk memastikan bahwa setiap dampak potensial dari tantangan saat ini ditangani secara adil dan merata.

“Yang terpenting, upaya dan kerja sama kolektif di antara kita diperlukan untuk menegakkan prinsip-prinsip multilateralisme dan bekerja menuju tatanan global yang lebih inklusif dan kooperatif.”

Indonesia mendesak ADB untuk tetap waspada dan tanggap dalam mendukung para anggota untuk mengatasi tantangan pembangunan yang sedang berlangsung, yang disebabkan oleh situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Fragmentasi geoekonomi dan peningkatan ketegangan geopolitik serta tekanan inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang makin ketat, dan ruang fiskal yang terbatas, dipandang akan membebani prospek pertumbuhan global pada 2023 sehingga diperkirakan akan melemah.

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam outlook terbarunya pada April memperkirakan ekonomi global tahun ini akan tumbuh 2,8%, lebih lambat dari tahun lalu 3,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper