Bisnis.com, JAKARTA – S&P Global merilis purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2023 yang mengalami kenaikan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 lalu berada di angka 51,9.
S&P Global mencatat PMI manufaktur April tersebut mencapai posisi tertinggi dalam 7 bulan terakhir. Hal ini didorong oleh kenaikan kuat pada permintaan baru.
Adapun, sejak September 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di atas titik netral 50 selama 20 bulan berturut-turut.
Economics Director S&P Global Market Intelligence Tim Moore menyebutkan, kenaikan PMI kali ini lantaran sektor manufaktur Indonesia tengah menjajaki perbaikan setelah kondisi yang kurang baik pada awal 2023.
Menurutnya, kondisi bisnis manufaktur yang baik ini menjadi pertanda jika permintaan domestik menguat. Hal ini kemudian berdampak pada permintaan baru dan volume produksi selama 7 bulan.
"Produsen barang tampak bersemangat tentang prospek pertumbuhan jangka pendek, dengan kepercayaan diri terhadap ekspansi output paling tinggi sejak November,” tutur Moore melalui keterangan resmi pada Selasa (2/5/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, dia menjelaskan kenaikan ini juga didorong oleh lapangan pekerjaan yang mulai dibuka pada bulan April ini serta stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi.
Meskipun pada April ini, penjualan ekspor masih mengalami penurunan lantaran kondisi perekonomian global utamanya negara tujuan ekspor belum membaik.
Adapun, S&P Global menyebut perusahaan manufaktur di dalam negeri mengharapkan kenaikan volume produksi yang terus berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya. Meskipun untuk permintaan jangka pendek, perusahaan manufaktur dalam negeri terbilang optimistis akan meningkat.