Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan inflasi pada April 2023, yang bertepatan dengan momen Hari Raya Idufltri, terjaga dan stabil di kisaran 0,37 persen month-to-month (mtm) atau 4,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, pemerintah diminta untuk mewaspadai potensi El Nino.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan peningkatan inflasi bulanan pada April 2023 didorong oleh peningkatan inflasi inti dan inflasi harga diatur pemerintah.
“Inflasi inti diperkirakan tumbuh sekitar 2,91 persen [yoy]. Selain itu, terkait dengan peningkatan jumlah arus mudik pada Idulfitri tahun ini yang mendorong kenaikan harga transportasi udara dan transportasi darat yang mendorong peningkatan inflasi harga diatur pemerintah,” ujarnya, Minggu (30/4/2023).
Lebih lanjut, Josua mengatakan bahwa pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) serta aktivitas mudik, konsumsi masyarakat cenderung meningkat sehingga mendorong kenaikan inflasi inti.
Meskipun demikian, di tengah peningkatan konsumsi masyarakat khususnya kebutuhan bahan pangan jelang Idulfitri, kondisi inflasi pangan justru terkendali.
Hal tersebut terindikasi dari penurunan harga dari sebagian komoditas pangan seperti bawang merah -5,5 persem (mtm) dan cabai merah -11,23 persen (mtm), sehingga berkontribusi terhadap deflasi bulanan inflasi harga bergejolak.
Baca Juga
Harga beras dan daging ayam masih terpantau naik, masing-masing sebesar 0,5 persen (mtm) dan 1,36 persen (mtm). Pangan tersebut berkontribusi terhadap inflasi harga bergejolak.
Di sisi lain, risiko yang perlu dimitgasi yaitu fenomena El Nino, musim kering, yang berdampak terhadap kegiatan produksi pangan, sehingga supply pangan domestik berpotensi untuk turun.
“Dampak dari El Nino ini dapat mempengaruhi produksi pangan domestik, utamanya beras. Besar pengaruh dari dampak El Nino ke depan kami nilai sangat bergantung kepada antisipasi pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga-harga pangan tersebut,” lanjutnya.
Josua melihat apabila pemerintah telah mengantisipasi dengan cadangan pangan, utamanya beras, yang cukup, maka pada saat kenaikan harga akibat berkurangnya produksi, pemerintah dapat mengantisipasi dengan melakukan operasi pasar untuk mengendalikan kenaikan harga tersebut.
“Pemerintah juga perlu mempersiapkan opsi impor apabila memang kebutuhan beras tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh produksi domestik,” tambah Josua.
Adapun, pemerintah telah memulai impor beras sebanyak 2 juta ton untuk periode 2023 meskipun hasil panen dipastikan mencukupi, bahkan surplus 1,3 juta ton.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan cadangan beras pemerintah (CBP) tersebut diperuntukkan di antaranya agar pemerintah bisa mengintervensi harga beras jika meroket di pasaran dan juga untuk kebutuhan tak terduga seperti bencana alam.