Bisnis.com, JAKARTA - Ritel fesyen ternama, Gap Inc, mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) putaran kedua pada hari Kamis (27/4/2023).
Dengan proses PHK ini, Gap turut bergabung dengan serangkaian perusahaan besar AS yang juga melakukan perampingan karena inflasi yang tinggi menekan permintaan.
Mengutip dari Reuters pada Jumat (28/4/2023), Gap pada bulan September memberhentikan sekitar 500 pekerja di berbagai departemen. Hal ini dilakukan untuk melindungi margin dan berjuang dalam penjualan yang lemah.
Gap kemudian juga memperkirakan akan mengeluarkan biaya sekitar US$100 juta hingga US$120 juta dalam biaya agregat sebelum pajak, yang terdiri dari sekitar US$75 juta hingga US$85 juta untuk biaya karyawan atau sekitar Rp1,2 triliun.
Hal tersebut diketahui yang menjadi penyebab perusahaannya melakukan pengurangan tenaga kerja, yang diharapkan akan selesai pada akhir paruh pertama tahun fiskal 2023.
Kemudian pada bulan Maret, Gap melaporkan kerugian yang lebih besar dari perkiraan pada kuartal VI/2022. Penjualan di tahun 2023 juga lebih rendah dari perkiraan dikarenakan permintaan yang melambat dan tantangan seputar inventaris di merek Old Navy-nya.
Baca Juga
Konsumen terutama di kalangan berpenghasilan rendah hingga menengah telah membatasi pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting.
Perusahaan Gap sendiri juga sedang berada di tengah transisi CEO setelah Sonia Syngal yang mengundurkan diri tahun lalu, dan saat ini dipimpin sementara oleh Bob Martin.
Selain perusahaan Gap, PHK juga banyak dilakukan oleh sejumlah perusahaan AS untuk mengendalikan biaya. Contohnya seperti perusahaan induk Facebook yakni Meta Platforms Inc hingga Alphabet Inc.