Bisnis.com, JAKARTA - Tyson Foods Inc berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10 persen karyawan dan 15 persen di posisi pimpinan perusahaan tersebut.
Chief Eksekutif Officer (CEO) Tyson Food Donnie King mengungkapkan keputusan tersebut diambil sebagai langkah pemangkasan biaya terbaru bagi perusahaan daging terbesar di Amerika Serikat (AS) karena perusahaan bergulat dengan penurunan laba dan berjuang meningkatkan kinerja bisnis ayamnya yang ikonik.
Dilansir dari Reuters pada Kamis (27/4/2023), Donnie menyampaikan sebuah memo kepada karyawan yang berisi sebagian besar karyawan yang terkena dampak dijadwalkan akan dilakukan minggu ini.
"Kami akan mendorong efisiensi dengan berfokus pada inisiatif yang lebih sedikit dengan intensitas yang lebih besar dan menghilangkan duplikasi pekerjaan," kata Donnie.
Seperti diketahui, Tyson memiliki sekitar 6.000 karyawan AS yang bekerja di kantor perusahaan pada 1 Oktober dan 118.000 pekerja di lokasi non-korporasi seperti pabrik daging dan gudang.
Adapun, sebagian posisi senior yang terdampak adalah wakil presiden dan wakil presiden senior.
Baca Juga
Juru bicara perusahaan mengatakan beberapa karyawan telah berhenti setelah Tyson mengumumkan hal ini pada Oktober bahwa mereka akan merelokasi semua pekerjaan perusahaan ke kantor pusatnya di Springdale, Arkansas.
Meski demikian, jubis menegaskan pengurangan 10 persen dalam peran korporat bukan karena karyawan meninggalkan perusahaan dan bukannya pindah ke Arkansas.
Perombakan baru-baru ini pada kepemimpinan eksekutif Tyson membuat beberapa investor dan analis gelisah.
Perusahaan memecat Chris Langholz sebagai presiden bisnis internasional pada Agustus 2022. Pada September, Tyson melaporkan Noelle O'Mara, yang memimpin divisi makanan siap saji, telah meninggalkan perusahaan. John R. Tyson, cicit dari pendiri perusahaan, mengambil alih posisi Chief Financial Officer.
"Seringnya pergantian dalam tim kepemimpinan selama beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya inefisiensi di dalam kantor-kantor perusahaan," kata analis ekuitas senior di CFRA Research, Arun Sundaram.
Pada Januari, Tyson mengganti presiden bisnis unggasnya setelah perusahaan salah memprediksi permintaan ayam.
Perusahaan ini telah berjuang selama bertahun-tahun untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis ayamnya. Bahkan, pada Maret mereka akan menutup dua pabrik pengolahan di AS yang mempekerjakan hampir 1.700 orang.
Analis menilai perusahaan pengemasan daging umumnya menaikkan upah pekerja pabrik selama pandemi. Sekarang mereka menghadapi penurunan margin operasi dan harus semakin bersaing untuk membeli ternak agar dapat menjalankan pabrik dengan kapasitas pemotongan penuh.
"Margin berantakan seperti ini dan rasanya, kami benar-benar berdarah sekarang," kata pakar pasar ternak independen, Bob Brown.