Bisnis.com, JAKARTA - Ancaman gagal bayar utang pemerintah Amerika Serikat kembali menjadi perhatian global. Keputusan antara DPR AS, Senat, dan Presiden Joe Biden kian memanas terutama dalam membahas kenaikan pagu utang federal.
Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen mengatakan bahwa jika AS gagal membayar utangnya, maka akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan dan suku bunga yang lebih tinggi untuk kedepannya.
Lalu, bagaimana jika dikaitkan dengan dampak bagi Indonesia, terutama dalam skenario AS gagal membayar utangnya?
Ekonom Core (Center of Reform on Economics) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa terdapat beragam skenario yang dapat terjadi terkait situasi yang dialami AS.
Namun, jika skenario pemerintah AS kemudian tidak sepakat dengan penentuan utang yang diajukan untuk tahun anggaran saat ini, maka pemerintah kemudian tidak memiliki kemampuan untuk mengeksekusi anggaran yang diajukan.
Yusuf kemudian menjelaskan bahwa jika skenario tersebut terjadi, maka akan berdampak terhadap perekonomian Amerika Serikat. Nantinya, potensi AS mengalami resesi akan terbuka lebar, dan dapat memberikan dampak baik secara langsung dan tidak langsung.
Baca Juga
Dalam dampak langsung, Yusuf menjelaskan bahwa kinerja dagang antara Indonesia dan AS akan terkoreksi, di mana permintaan dari AS akan mengalami perlambatan dan akan akan bermuara terhadap kondisi ekspor, terutama produk Indonesia ke Negeri Paman Sam itu sendiri.
Lalu jika membahas dalam dampak tidak langsung terutama melalui jalur perdagangan internasional, Yusuf menjelaskan bahwa resesi yang dialami AS akan berdampak terhadap negara lain, mengingat AS adalah pemain utama ekonomi global. Tentunya hal ini juga akan berdampak ke Indonesia.
“Katakanlah resesi AS berdampak terhadap perekonomian China dan ketika perekonomian China terdampak, maka secara tidak langsung ini juga akan ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan pasar ekspornya ke China.“ Jelas Yusuf ketika dihubungi oleh Bisnis, Kamis (27/4/2023).
Selain itu, kondisi gagal bayar utang AS juga akan berpengaruh terhadap pasar keuangan. Untuk menenangkan pasar keuangan, maka nantinya ada kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sehingga surat utang pemerintah setidaknya masih relatif menarik di mata investor.
Namun sebagai catatan, hal tersebut juga dipengaruhi seberapa lama kondisi dan ketidakmampuan pemerintah dalam melunasi atau menyepakati terkait permasalahan utang ini. Jika kondisi ini semakin lama atau kesepakatan tidak terjadi, maka semakin sulit intervensi dari bank sentral terhadap pasar keuangan AS sendiri.
Yusuf kemudian kembali mengingatkan bahwa pasar keuangan AS terkoneksi langsung dengan beragam pasar keuangan global, termasuk Indonesia dan dapat memengaruhi pasar keuangan Indonesia.
“Saya kira ini juga akan mempengaruhi secara tidak langsung kondisi pasar keuangan di Indonesia. Terutama dalam bentuk sentimen ke pasar keuangan di Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, Yusuf kembali mengatakan bahwa dalam skenario ini akan sulit bagi Indonesia untuk tidak terkena dampak dari kondisi AS saat ini, terutama jika kondisi semakin memburuk.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky juga memiliki pandangan senada bahwa dampak gagal bayar hutang AS akan memiliki skala global.
“Walaupun risikonya kecil, namun apabila terjadi dampak gagal bayar utang AS akan memiliki skala global terutama di sektor finansial,” jelas Riefky kepada Bisnis.
Riefky kemudian menjelaskan bahwa dampak tersebut akibat kemungkinan naiknya suku bunga secara drastis dan risiko finansial yang melonjak.
Implikasinya, maka kemungkinan akan terjadi gejolak arus modal yang masif keluar dari negara berkembang dan perlambatan ekonomi serta arus investasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Jika misalnya kondisi tersebut benar-benar terjadi, Riefky mengatakan bahwa dampak ke Indonesia kemungkinan relatif lebih kecil jika dibandingkan negara lain yang memiliki keterbukaan finansial dan perdagangan yang lebih besar dibandingkan Indonesia.
“Relatif, capital and trade openness Indonesia kecil sehingga potensi dampaknya juga lebih kecil dibandingkan berbagai negara lainnya," pungkasnya.