Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan meski kondisi ekonomi global melemah, Indonesia optimistis dapat mencapai 5 persen pada 2023. Tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang meningkat hingga inflasi yang melemah.
Aktivitas konsumsi masyarakat pada Maret 2023 masuk dalam tren yang kuat, di mana IKK mencapai level 123,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 122,4 pada Februari 2023.
“Ini tentu tidak lepas dari inflasi yang bisa kita kendalikan dan daya beli masyarakat yang secara bertahap mulai membaik,” ujarnya dalam rilis APBN Kita, Senin (17/4/2023).
Kondisi PMI manufaktur Indonesia juga tercatat masih ekspansif pada level 51,9 persen. Begitu pula dari sisi konsumsi listrik untuk bisnis yang masih stabil tinggi, tumbuh 12,4 persen (yoy), sementara industri yang mengalami kontraksi namun masih realtif stabil.
Indeks penjualan ritel juga tercatat mengalami kenaikan tajam, yaitu 4,8 persen (yoy), yang diakibatkan karena adanya periode musiman seperti Ramadan dan menjelang hari raya Idulfitri.
Sementara dari sisi perdagangan, neraca dagang pada Maret 2023 dalam kondisi surplus dalam 35 bulan terakhir di angka US$2,1 miliar. Kondisi tersebut disumbang oleh ekspor sebesar US$23,5 miliar dengan impor mencapai US$20,59.
Baca Juga
Meski surplus, capaian ekspor impor terontraksi akibat kondisi ekonomi global. Ekspor harus terkontraksi hingga 11,3 persen (yoy), sementara impor turn 6,2 persen (yoy).
“Ini tren yang harus kita waspadai karena sektor eksternal sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global akibat geopolitik, inflasi tinggi, suku bunga tinggi, yang semua membuat perlemahan di dalam perekonomian negara maju tujuan ekspor,” jelasnya.
Adapun, secara umum dengan keyakinan konsumen yang semakin membaik, dan ekspor impor yang masih mencatatkan surplus, Sri Mulyani melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia relative stabil.
Hal ini karena kondisi dari berbagai faktor tersebut menyumbangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik pada Maret 2023.
“Kita lihat pertumbuhan ekonomi domestik kita relatif stabil, bahkan IMF melakukan revisi ke atas terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 5 persen, sebelumnya 4,8 persen,” katanya.