Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan inflasi yang cukup tinggi masih menghantui perekonomian global. Namun, dia yakin Indonesia sendiri menjadi negara yang mampu bertahan.
Hal itu tercermin dari kondisi PMI manufaktur secara global masuk kepada zona kontraksi, di mana mayoritas negara-negara G20 dan Asean-6, sebesar 59,1 persen diantaranya mengalami kontraksi.
Sementara Indonesia masuk dalam negara yang mengalami ekspansi dengan PMI sebesar 51,9 persen, lebih tinggi dari Vietnam 47,7 persen.
Sri Mulyani menyebutkan bahwa Vietnam yang selama ini cukup resilient sekarang mengalami pukulan pelemahan dari PMI manufkatur, akibat pelemahan negara tujuan ekspor.
“Bayangkan Indonesia yang ekspansi dan masih akseleratif sangat kecil, hanya sedikit negara yang masih dalam kondisi yang sangat baik, sedangkan 59,1 persen negara mereka mengalami kontraksi atau bahkan 27,3 persen ekspansi namun melambat,” ujarnya dalam APBN Kita, Senin (17/4/2023).
Di sisi lain, ekonomi dunia juga sangat dipengaruhi oleh gejolak harga komoditas yang kompak menunjukkan perlemahan pada tahun ini.
Baca Juga
Dalam paparannya, Sri Mulyani mencontohkan beberapa komoditas seperti harga gas alam saat ini sangat rendah di level US$2,1/mmbtu, turun 48,5 persen secara year-to-date (ytd).
Harga batu bara turun 52,8 persen (ytd) sehingga berada di level US$192,8/mt, jauh lebih rendah dari pertengahan tahun lalu yang sempat tembus lebih dari US$400/mt.
“Volatilitas harga komoditas masih ada menjadi faktor dominan dan ini mempengaruhi inflasi, fiskal, dan moneter serta kinerja ekonomi semua negara,” jelasnya.
Tercatat inflasi di Jepang dan Eropa masih bergerak naik dan lebih tinggi dari tingkat suku bunga acuan. Masing-masing negara tersebut mencapai inflasi 3,3 persen dan 6,9 persen.
Meski inflasi di Amerika Serikat telah menurun, lanjutnya, namun tergolong tinggi secara historis. Pasalnya, dalam 15 tahun terakhir, lanjut Sri Mulyani, inflasi AS bahkan mendekati 0 persen.
Bendahara Negara tersebut menegaskan bahwa reli inflasi yang tinggi masih akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Sejalan dengan hal tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi global baru-baru ini juga direvisi ke bawah pada kisaran 2,8 persen untuk 2023.
“Indonesia termasuk negara yang masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, sedikit negara yang bisa bertahan, ini yang kita jaga dalam momentum,” kata Sri Mulyani.