Stok Beras untuk Lebaran Diklaim Masih Terkendali
Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah perlu melakukan intervensi memastikan peredaran beras masyarakat tidak menciptakan harga yang lebih tinggi karena adanya faktor pendistribusian.
Kendala lainnya adalah banyaknya pemain penggilingan padi yang tidak memiliki gudang dan beras yang dimiliki hanya bisa bertahan paling lama 2 minggu. Dia menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah menyiapkan sentra penggilingan beras agar memiliki gudang hasil panen.
Menurutnya, hal tersebut diyakini bisa menjaga pasokan beras di Indonesia. “Kami ingin stok yang ada di penggilingan bisa bertahan paling lama hingga satu tahun, agar pasokan beras aman,” katanya.
Namun demikian, dia memastikan bahwa pasokan beras untuk kebutuhan masyarakat saat Idulfitri masih aman dan terkendali sehingga tidak perlu terlalu cemas dan memborong secara berlebihan.
Dia menambahkan, berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Januari-April 2023 sebanyak 23,31 juta ton gabah kering giling atau GKG dari luas pertanaman sekitar 4,37 juta hektar (ha). Artinya, akan ada surplus sekitar 3,22 juta ton beras.
"Jadi, sebenarnya kalau secara produksi kita tidak perlu resah," ucap Batara.
Baca Juga
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengungkapkan bahwa pengadaan gabah Bulog bisa optimal jika dilakukan kerja sama dengan penggilingan padi kecil.
"Menurut pengalaman saya, kerja sama dengan penggilingan padi kecil pada dasarnya lebih mudah dibandingkan yang besar karena yang besar sudah memiliki pasarnya sendiri. Ini yang perlu menjadi perhatian kita semua," kata dia.
Dengan masih banyaknya hambatan seperti permodalan, akses pasar, kesulitan bahan bakar, kelangkaan benih unggul bermutu, serta pupuk, pemerintah perlu melakukan revitalisasi penggilingan padi kecil. "Itu masih sering terjadi di lapangan dan itu harus kita akui," ucap Sutarto.
Hitungan Sutarto, saat ini kapasitas penggilingan padi, baik kecil, sedang dan besar sudah jauh lebih tinggi ketimbang produksi padi setiap tahun. Apalagi, berdasarkan data BPS, produksi padi tiap tahunnya berfluktuasi (naik-turun), tapi kecenderungannya turun.
“Surplus beras kita makin turun. Ini jadi sebab stok beras kita, termasuk CBP makin kecil sehingga mudah terjadi gejolak,” katanya.
Berdasarkan data BPS, pada 2018 surplus beras mencapai 4,37 juta ton, lalu turun pada 2019 surplusnya 2,38 juta ton. Pada 2020, surplus berada di kisaran 2,13 juta ton, 2021 sebesar 1,31 juta ton, dan 2022 sebanyak 1,34 juta ton.
“Puncak panen yang dulu bisa dua kali, sekarang ini cenderung hanya satu kali. Konversi lahan pertanian juga menjadi kendala peningkatan produksi padi,” katanya.
Untuk itu, Soetarto berharap pemerintah mengatur kembali izin mendirikan industri beras. Bukan hanya itu, Sutarto menegaskan pemerintah sebaiknya tidak lagi mengeluarkan izin pendirian penggilingan padi baru tanpa mempertimbangkan ketersediaan produksi gabah.
“Langkah selanjutnya, perlu diimbangi dengan revitalisasi penggilingan padi kecil. Ke depan, harapannya, penggilingan padi besar bersinergi dengan penggilingan padi kecil meskipun tidak mudah," imbuh dia.