Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global ke bawah, Tren Penurunan Berlanjut?

Salah satu faktor utama yang menyebabkan pelambatan pertumbuhan ekonomi global karena tingkat inflasi yang sangat tinggi.
Seorang wanita berbelanja pada Black Friday di Madrid tengah, Spanyol, pada Jumat, (25/11/2022). /Paul Hanna-Bloomberg
Seorang wanita berbelanja pada Black Friday di Madrid tengah, Spanyol, pada Jumat, (25/11/2022). /Paul Hanna-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional (IMF) baru saja merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 2,8 persen. 

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Muhammad Ishak menyampaikan tren penurunan proyeksi ekonomi tersebut hanya akan berlangsung pada 2023, sementara pada 2024 akan kembali menguat. 

“Pada 2023 diperkirakan suku bunga di negara maju akan tetap tinggi kemudian pada 2024 akan turun. Sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 akan lebih baik sejalan dengan penurunan suku bunga acuan,” ujarnya dalam Diskusi media CORE-Quarterly Review 2023: Harnessing Resilience amid Global Recession Fears, Rabu (12/4/2023). 

Menurutnya, salah satu faktor utama yang menyebabkan pelambatan pertumbuhan ekonomi global karena tingkat inflasi yang sangat tinggi meskipun inflasi sudah mulai menurun sejak kuartal terakhir 2022. 

Selain itu, harga komoditas khususnya energi yang menyumbang inflasi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa termasuk Indonesia telah memasuki tren penurunan cukup tajam. 

Begitu pula dengan harga minyak dan gandum yang diperkirakan akan semakin menurun pada 2023.

“Dampak dari kenaikan inflasi kemudian memaksa bank sentral melakukan pengetatan moneter yang berdampak pada sektor riil, konsumen mengurangi belanja, investor mengurangi investasi, dan akhirnya bersampak pada pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh,” jelasnya.

Negara emerging market (EM) juga akan memiliki tren yang sama, kecuali China yang belum lama membuka pintu negaranya yang tidak memiliki persoalan inflasi dan tidak menaikkan suku bunga acuan. 

Lebih lanjut, Ishak menyampaikan faktor yang juga menyebabkan perlambatan ekonomi global karena baru-baru ini terjadi krisis di sektor perbankan. 

Akibatnya, dampak dari krisis ini menimbulkan ketidakpercayaan atau khawatir para deposan. 

Dampak dari sektor perbankan ini akan mengakibatkan perlambatan penyaluran kredit di sektor riil karena bank akan lebih hati-hati dan meningkatkan standar penyaluran kredit agar kualitas aset tidak semakin buruk. 

Seiring hal tersebut, sektor riil turut mengalami potensi pelemahan, sehingga mengerem penyaluran kredit. 

“Secara umum kondisi sektor ini akan terdampak khususnya sektor yang bergantung pada perbankan seperti properti,” tambahnya. 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Core M. Faisal menyampaikan meski diproyeksi tumbuh melambat akibat kondisi di berbagai kawasan dan negara maju, akan berdampak pada neraca dagang Indonesia. 

Meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya surplus yang cukup besar pada Februari 2023 senilai US$5,48 miliar, naik dari US$3,88 miliar pada Januari 2023, Faisal menilai surplus yang terjadi tergolong tidak sehat. 

“Ternyata dari sisi ekspor impor, suprlus perdagangan terjadi karena didorong pelemahan impor daripada penguatan ekspornya,” paparnya. 

Bahkan, impor yang tercatat pad Februari bukan lagi perlambatan, namun penurunan. Berdasarkan data BPS, nilai impor secara month to month (mtm) Februari 2023 sebesar US$15,92 miliar atau turun 13,68 persen dibanding Januari 2023 sebesar US$18,44 miliar. 

“Kalau impor mengalami penurunan lebih tajam dibandingkan ekspor maka akan terjadi surplus yang lebih lebar, memang surplus bukan karena penguatan ekspor, ini surplus yang kurang sehat,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper