Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menegaskan tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) meskipun adanya spin off antara dua entitas usahanya, Telkomsel dan IndiHome.
Berita tentang PHK di tubuh Grup Telkom menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Sabtu (8/4/2023):
1. Tak Ada Efek PHK pada Aksi Korporasi IndiHome-Telkomsel
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan karyawan IndiHome, sebagian akan pindah ke Telkomsel dan sebagian akan tetap dibawah naungan IndiHome. "Sekitar 850 karyawan akan ke Telkomsel, sisanya akan di-retrain untuk unit bisnis B2B," ujar Ririek di Telkom Landmark, Kamis (6/4/2023).
Ririek menjelaskan spin off merupakan penggabungan bisnis IndiHome ke Telkomsel, bisnis fixed broadband atau fixed mobile convergence (FMC). Ke depannya spin off akan memfokuskan pada lini B2C atau bisnis terhadap konsumen.
Telkom juga mengatakan bahwa nantinya akan ada nama brand atau produk terbaru untuk penggabungan antara IndiHome dan Telkomsel.
Perusahaan plat merah itu menilai spin off ini akan memberikan manfaat bagi konsumen maupun perusahaan. Dari konsumen sendiri akan adanya inovasi terhadap peningkatan layanan digital dan merata sehingga meningkatkan produktivitas bagi pekerja yang bekerja di rumah.
2. Tekanan Global Melonggar, Perekonomian RI Kian Prospektif
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai kisaran 5,3 hingga 5,7 persen pada 2024, seiring dengan prospek ekonomi global yang membaik.
“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 5,3-5,7 persen. itu berarti momentumnya masih akan terus terakselerasi,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (8/3/2023).
Sejalan dengan itu, laju inflasi diperkirakan akan terus menurun hingga mencapai level 1,5 hingga 3,5 persen pada 2024.
Nilai tukar rupiah juga diperkirakan stabil pada tingkat Rp14.800 hingga Rp15.400 per dolar AS, dengan tingkat imbal hasil SBN 10 tahun diperkirakan mencapai kisaran 6,5 hingga 7,4 persen.
“Kondisi ekonomi pada 2024 secara global diperkirakan lebih baik sedikit, namun kita harus sedikit mendiscount juga karena proyeksinya terus direvisi,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (8/3/2023).
3. Pencaplokan Raksasa Credit Suisse Bakal Jadi Sejarah Baru
Keruntuhan salah satu bank investasi terbesar dunia, Credit Suisse telah menambah rangkaian catatan kebangkrutan dunia keuangan global. Tak disangka, kejatuhannya dipicu oleh ketakutan yang tersebar melalui media sosial. Di saat yang sama, pencaplokan aset bank raksasa ini juga tak semudah membalikkan tangan.
Kegagalan Credit Suisse Group AG disebut menjadi kasus langka. Pasalnya, bank yang berbasis di Swiss itu melihat penarikan deposito besar-besaran atau biasa disebut bank run hanya dalam beberapa pekan saja.
Chairman Credit Suisse Axel Lehmann menilai arus penarikan besar-besaran tersebut didorong oleh ketakutan yang cepat tersebar melalui media sosial.
"Media sosial dan digitalisasi mengipasi api ketakutan ini. Hal ini menghantam kami pada saat yang paling rentan di pertengahan Maret," jelasnya pada agenda rapat umum tahunan yang digelar Credit Suisse pada Selasa, (4/4/2023), dikutip Bisnis.com.
Menteri Keuangan Swiss Karin Keller-Sutter dan Marlene Amstad selaku kepala pengawas keuangan Swiss menuturkan bahwa Credit Suisse mengalami kegagalan bank yang belum pernah terjadi sebelumnya.
4. Menepis Aral Investasi Baterai Kendaraan Listrik
Taktik Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memberikan diskon pajak besar-besaran bagi perusahaan negaranya yang berinvestasi di sektor energi bersih melalui Inflation Reduction Act (IRA) menjadi tantangan bagi Indonesia dalam upaya merajai industri baterai kendaraan listrik.
Terlebih, saat ini makin banyak negara yang memiliki ambisi yang sama dengan Indonesia untuk menjadikan negaranya sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Ditambah lagi dengan adanya Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau IRA yang diterbitkan pada pertengahan tahun lalu membuat perusahan Negeri Paman Sam itu berlomba-lomba menggandeng investor asing untuk mengembangkan baterai EV di negaranya.
Kebijakan IRA di AS juga memantik produsen yang memiliki pasar di Negeri Paman Sam berpikir ulang untuk mengembangkan fasilitas produksinya di Indonesia. Yang terbaru, Ford Motor Co. mengumumkan bakal membangun fasilitas baterai EV di Michigan, AS, dengan menggandeng Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) yang merupakan produsen baterai asal China.
Uni Eropa pun menerapkan kebijakan bahwa pabrik baterai EV harus dekat dengan fasilitas produksi kendaraan listrik di Benua Biru. Hal tersebut tentu saja membuat produsen mobil yang memasarkan produknya di Eropa berinvestasi di kawasan itu.
5. Mengubur Langkah KCI Impor Kereta Bekas Jepang
Langkah PT Kereta Commuter Indonesia untuk mengimpor kereta bekas atau bukan baru dari Jepang terhenti setelah tidak mendapat restu dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
BPKP memberikan empat kesimpulan perihal belum direstuinya impor pengadaan KRL bukan baru (bekas) asal Jepang oleh KCI.
Pertama, rencana impor KRL bukan baru ini tidak mendukung perkembangan industri perkeretaapian nasional. Kedua, Kemendag menyatakan permohonan dispensasi ini tidak dapat dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan fokus pemerintah adalah pada peningkatan produksi dalam negeri dan substitusi impor melalui P3DN.
Ketiga, KRL bukan baru yang akan diimpor dari Jepang tidak memenuhi kriteria sebagai barang modal bukan baru yang dapat diimpor. Keempat, BPKP menjelaskan bahwa dari KRL yang beroperasi saat ini 1.114 unit, tidak termasuk 48 unit yang aktiva tetap diberhentikan beroperasi, dan 36 unit yang dikonservasi sementara.