Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Cuma Deposito, Kredit Bank di AS Susut Terbesar Sejak Juni 2021

Sektor yang mengalami penyusutan penyaluran kredit di AS adalah komersial dan industri.
Logo Silicon Valley Bank di kantor pusat yang berlokasi di Santa Clara, California, AS, Jumat (10/3/2023). /Bloomberg-Philip Pacheco
Logo Silicon Valley Bank di kantor pusat yang berlokasi di Santa Clara, California, AS, Jumat (10/3/2023). /Bloomberg-Philip Pacheco

Bisnis.com, JAKARTA — Portofolio deposito sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini dilaporkan mengalami penurunan. Menyusul hal tersebut, kredit bank juga dilaporkan turut tergerus.

Melansir laporan Bloomberg, pinjaman bank AS secara keseluruhan susut US$20,4 miliar atau Rp305,36 triliun dalam sepekan hingga 22 Maret 2023 atau sekitar sepekan setelah Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut. Alhasil, penurunan portofolio kredit tersebut menjadi yang terbesar sejak Juni 2021.

Adapun, susutnya kredit bank AS tersebut utamanya terjadi pada kredit sektor komersial dan kredit industri. Sedangkan, kredit perumahan hingga kredit konsumsi dilaporkan masih mengalami pertumbuhan.

Di samping itu, melemahnya pinjaman yang disalurkan sejumlah perbankan di AS juga didorong oleh kebijakan suku bunga agresif yang ditetapkan oleh The Fed. 

Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah ekonom memproyeksi bahwa akses ke kredit akan semakin sulit khususnya untuk bisnis dan rumah tungga. Secara lebih rinci, Bloomberg menyebutkan bahwa kredit bank AS telah mengalami penurunan lebih dari US$76 miliar atau Rp1.137 triliun sepanjang 2022. 

Sementara itu, kredit pada sektor komersial industri yang dianggap sebagai motor penggerak ekonomi AS justru susut hampir US30 miliar atau 449,05 triliun.

Sebelumnya, Pengawas intermal Federal Reserve (The Fed) juga melaporkan adanya koreksi himpunan deposito sejumlah bank AS mencapai US$126 miliar atau Rp1.886 triliun seiring dengan kabar bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank beberapa waktu lalu.

Menurut informasi yang dibagikan The Fed, sebanyak 25 bank terbesar AS menyumbang koreksi deposito senilai US$90 miliar atau sekitar Rp1.347 triliun.

Tak tinggal diam, Otoritas AS juga telah mengambil tindakan lanjutan dengan memberikan suntikan dana guna menjaga likuiditas perbankan. Hal tersebut dilakukan untuk kembali memupuk kepercayaan para nasabah terhadap sistem keuangan di AS.

Di samping itu FDIC berjanji untuk melindungi semua deposan di kedua bank yang resmi dinobatkan sebagai bank gagal dengan harapan hal tersebut dapat meredam kepanikan para nasabah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper