Bisnis.com, JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) telah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi potensi harga komoditas nikel berfluktuasi pada tahun ini.
Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Vale Indonesia, Febriany Eddy meyakini bahwa harga fluktuasi harga komoditas tambang adalah sebuah keniscayaan.
"Harga [komoditas tambang] tidak bisa kita kontrol, tetapi biaya harus bisa kita kontrol. Itu sudah menjadi DNA kita [Vale] untuk selalu mengontrol biaya produksi," ujarnya di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (31/3/2023).
Lebih lanjut, Febri juga menyampaikan bahwa perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya kerja sama di proyek Bahadopi dan Pomalaa. Menurutnya, dalam proyek-proyek tersebut, Vale memiliki banyak rekan dengan keunggulannya masing-masing khususnya dalam inovasi dan teknologi.
"Dengan partnering ini, kita bisa mempunyai akses untuk belajar, best practices di semua tempat tersebut dari masing-masing partner kami," ujarnya.
Febri menegaskan bahwa sinergi yang sangat positif, bukan hanya untuk pabrik yang sedang dibangun, tetapi juga bagi pabrik lainnya seperti di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan INCO menargetkan produksi sekitar 70.000 ton pada 2023. INCO juga berharap harga nikel masih bisa mendukung kinerja keuangan perseroan tahun ini.
“Pendapatan dan laba INCO tahun depan akan sangat tergantung pada harga komoditas yang mengikuti mekanisme pasar. Kami berharap harga nikel masih di level di atas US$20.000 per ton dan harga komoditas batu bara atau minyak mulai turun. Dengan kondisi seperti itu diharapkan perusahaan akan membukukan kinerja keuangan yang baik,” imbuhnya.
Tahun ini, INCO juga menganggarkan belanja modal sebesar US$110 juta atau Rp1,71 triliun untuk memaksimalkan penyelesaian proyek di Pomalaa dan Bahodopi, injeksi modal ke perusahaan patungan, hingga pengembangan tambang baru.
Salah satunya adalah INCO memperkuat hubungan dengan dua investor Singapura untuk ekspansi bisnis penghiliran nikel.
INCO menyambut Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. sebagai pemegang saham baru di PT Kolaka Nickel Indonesia. Di sisi lain, Taizin (Singapore) Pte. Ltd. berencana menjadi pemegang saham pengendali PT Bahodopi Nikcel Smelting Indonesia.
Kemudian, Vale Indonesia, Ford Motor Company, dan Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd baru saja menandatangani perjanjian final kerja sama penyertaan modal dengan total nilai mecapai Rp67,5 triliun, di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (30/3/2023).
Kerja sama penyertaan modal ini merupakan kelanjutan dari groundreaking Blok Pomalaa PT Vale Indonesia pada November lalu. Blok ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) ini diharapkan akan mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) melalui nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP), produk nikel berbiaya rendah yang digunakan dalam baterai EV dengan katoda kaya nikel.