Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM) melalui Smesco Indonesia siap bermitra dengan pebisnis thrifting baju bekas impor untuk memasarkan produk-produk lokal baru sebagai alternatif bisnis.
Hal ini sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mencegah peredaran produk pakaian bekas (thrifting) dari negara lain yang merugikan pemerintah dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada, mengatakan aktivitas bisnis thrifting dinilai bertentangan dengan semangat memajukan UMKM lokal yang menjadi nafas penting program-program Smesco.
“Sebagai bentuk pertanggungjawaban kami, Smesco siap menjadi mitra untuk mencarikan produk-produk lokal baru bagi para pebisnis thrifting yang tidak lagi dapat menjalankan usahanya," ujar Wientor Rah Mada, di Jakarta, Senin, (20/03).
Ia menambahkan, thrifting baju bekas impor bertentangan dengan Permendag No 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas dan Permendag No 40 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Dalam Pasal 2 Ayat 3 tertulis bahwa barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.
Baca Juga
Bahkan menurut masyarakat pertekstilan Indonesia, thrifting memicu terjadinya impor tekstil dan pakaian jadi secara ilegal yang under-price.
“Ditambah lagi, produsen pakaian jadi buatan Indonesia sebagian besar adalah UMKM lokal yang juga sebagian besar membeli kain yang diproduksi di dalam negeri,” ujar Wientor.
Wientor menjelaskan, saat ini produk-produk lokal sedang hype dan kembali digemari oleh pasar lokal.
“Industri clothing lokal, kosmetik, furniture, home dekor, herbal dan wellness, sampai dengan sepatu lokal sedang berjaya. Bahkan acara musik yang menampilkan artis lokal juga selalu dipadati pengunjung,” ucap Wientor.
Ia juga menegaskan, sebagai salah satu upaya melindungi produk lokal, KemenKop UKM melakukan pelarangan masuk untuk 13 kategori produk impor crossborder dari Tiongkok pada Mei 2021.
“Dari hasil monitoring yang dilakukan, langkah ini terbukti berhasil menaikkan omzet produk UMKM lokal pada kategori produk yang sama, sekaligus berpotensi menyelamatkan potensi pendapatan UMKM hingga sebesar Rp300 triliun,” kata Wientor.
Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas pelaku usaha, Smesco Indonesia memberikan pendampingan mulai dari penguatan literasi digital, hingga membuka akses pasar melalui gerai retail modern.
“Saat ini, terdapat 21 juta lebih UMKM yang on-board secara digital. Smesco Indonesia hadir memberikan pendampingan, pelatihan, dan inkubasi usaha, termasuk juga pembukaan akses pasar baru melalui gerai retail modern dan distribusi via jalur FMCG,” ujar Wientor.