Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat merilis data membaiknya tingkat pengangguran negara Paman Sam itu.
Dilansir Bloomberg, Kamis (16/3/2023), pengajuan klaim tunjangan pengangguran mengalami penurunan tajam hingga 20.000 klaim.
Tercatat, pengajuan tunjangan pengangguran per 11 Maret 2023 menjadi 192.000 pengajuan dalam sepekan. Data ini merupakan penurunan klaim terbesar sejak Juli tahun lalu. Estimasi median dalam survei ekonom Bloomberg semula memperkirakan pengajuan tunjangan penggangguran dalam sepekan mencapai 205.000 aplikasi.
Secara pararel, klaim lanjutan yakni mencakup penerima tunjangan berulang turun 29.000 aplikask menjadi 1,68 juta pengajuan. Data ini mengacu per 4 Maret 2023.
Data ini menjadi anomali dan dicermati sejumlah ekonom. Beberapa memperkirakan penurunan ini lebih disebabkan karena kesulitan akses untuk mengajukan tunjangan pengangguran akibat cuaca.
“Klaim pengangguran turun kembali di bawah 200.000 minggu lalu, tetapi kami masih memperkirakan PHK akan meningkat tajam, menyebar dari sektor teknologi [startup] ke keuangan, lalu ke sektor lain. Banyak bisnis memperkirakan terjadi penurunan kinerja tahun ini, sehingga pengumuman PHK akan [kembali] meningkat seiring menghadapi risiko resesi yang meningkat,” kata ekonom Bloomberg Eliza Winger.
Baca Juga
Suku Bunga The Fed
Data penggangguran menjadi indikator bagi pelaku pasar keuangan meramal kebijakan Bank Sentral Amerika, The Fed dalam mengendalikan inflasi tinggi di negara itu.
Penurunan pengangguran akan membuat The Fed kembali memiliki amunisi mengerek suku bunga acuan untuk meredam inflasi.
Meski demikian, kejatuhan perbankan AS yang didorong oleh Silicon Valley Bank dan Credit Suisse Group AG menjadi hal lain yang akan mempengarungi kebijakan suku bunga The Fed.
Bank sentral AS itu akan melaksanakan pertemuan minggu depan untuk menentukan arah inflasi. Termasuk meredam dengan kembali menaikkan suku bunga acuan.