Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah berdampak terhadap realisasi impor bahan baku/penolong Indonesia.
Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan atau Zulhas, menjelaskan konflik Rusia dan Ukraina telah menghambat impor sejumlah bahan baku yang dibutuhkan di dalam negeri.
“Ada yang menahan komoditasnya, apakah mereka tidak boleh mengirim, ada yang gandum, ada yang gula, ya begini karena ada faktor Rusia-Ukraina,” kata Zulhas di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Di samping itu, Zulhas menambahkan bahwa konflik Rusia-Ukraina berdampak terhadap berubahnya perhitungan yang dilakukan oleh para pengusaha. Konflik itu telah menaikkan angka negosiasi yang sebelumnya telah dilakukan sebelumnya.
“Mungkin perkiraan dulu X, sekarang karena ada Rusia-Ukraina jadi X,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor secara month to month (mtm) Februari 2023 sebesar US$15,92 miliar atau turun 13,68 persen dibanding Januari 2023 sebesar US$18,44 miliar.
Baca Juga
Secara terperinci impor minyak dan gas (migas) turun 17,19 persen atau turun dari US$2,91 menjadi US$2,41 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, mengatakan, penurunan impor juga dikarenakan impor non migas dari US$15,54 miliar pada Januari, turun menjadi US$13,51 miliar di Februari atau turun 13,03 persen.
“Pada grafik dari perkembangan 2021 hingga 2023 atau dalam 3 tahun terakhir pertumbuhan impor pada Februari memiliki pola yang sama yaitu tren menurun secara mtm,” kata Habibullah dalam rilis BPS secara virtual, Rabu (15/3/2023).
Dia menambahkan, penurunan impor sebesar 13,68 persen pada Februari terhadap Januari dipengaruhi beberapa komoditas, pertama mesin dan perlengkapannya (kode HS 85), turun 15,22 persen, untuk mesin, peralatan mekanis dan bagiannya (kode HS 84) turun 7,27 persen, komoditas plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 15,21 persen.
“Kemudian penurunan impor migas sebesar 17,19 persen dikarenakan penurunan impor minyak mentah turun 45,39 persen, hasil minyak turun 8,20 persen,” tutur Habibullah.
Dia menuturkan, penurunan impor juga terjadi secara tahunan atau year on year (yoy). Nilai impor Februari 2023 turun 4,32 persen dibanding Februari 2022.
Untuk komoditas migas terjadi penurunan sebesar 17,08 persen atau secara nilai dari US$2,90, turun menjadi US$2,41 miliar. Lalu untuk komoditas nonmigas terjadi penurunan sebesar 1,63 persen atau secara nilai turun dari US$13,74 miliar menjadi US$13,51 miliar.
“Pertumbuhan impor Februari 2023 secara yoy mengalami kontraksi setelah menguat pada Januari 2023,” ungkap Habibullah.