Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Gapki Proyeksi Produksi Sawit Turun Tahun Ini, Simak Penyebabnya

Gapki memproyeksi produksi sawit menurun tahun ini akibat musim kemarau panjang, belum maksimalnya program peremajaan sawit rakyat, dan naiknya harga pupuk.
Annisa Kurniasari Saumi
Annisa Kurniasari Saumi - Bisnis.com 08 Maret 2023  |  13:57 WIB
Gapki Proyeksi Produksi Sawit Turun Tahun Ini, Simak Penyebabnya
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono di sela-sela Munas Gapki di Mangupura, Bali, Selasa (7/3 - 2023).

Bisnis.com, MANGUPURA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi produksi sawit Indonesia menurun pada tahun ini sebab diiringi musim kemarau panjang, hingga harga pupuk yang naik. 

Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono mengatakan terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan produksi sawit di Indonesia turun. Beberapa penyebabnya antara lain potensi musim kemarau panjang, belum maksimalnya program peremajaan sawit rakyat, dan harga pupuk yang naik. 

"Pada 2023 yang harus diwaspadai adalah potensi musim kemarau panjang yang akan menurunkan produksi," kata Eddy di sela Munas Gapki, Badung, Bali, Selasa (7/3/2023).

Kemudian faktor kedua yang akan menurunkan produksi Sawit adalah belum maksimalnya program PSR. Menurutnya dengan jumlah sawit rakyat yang tidak naik jumlahnya, hal ini membuat produksi nasional menjadi turun. 

Selain itu, perang Ukraina dan Rusia menurutnya membuat harga pupuk naik tinggi. Hal ini memnurutnya membuat petani rakyat mengurangi pupuk, bahkan tidak memberikan pupuk sama sekali ke tanaman sawitnya. 

Di sisi lain, perusahaan mengurangi dosis pupuknya. Hal tersebut menurut Eddy akan mengurangi produktivitas pada 2023, apalagi jika terkena musim kemarau. 

"Ini harus digaungkan, karena konsumsi sudah pasti naik dengan adanya B35, kemudian konsumsi untuk pangan dan oleochemical juga tidak bisa diganggu," tutur dia.

Eddy mengatakan selain meningkatkan produktivitas, menurutnya pemerintah bisa menyukseskan program PSR melalui BUMN. Dia menilai koordinasi yang baik antara pemerintah dan pelaku usaha dibutuhkan untuk menyukseskan program PSR. 

"Kalau perlu misalnya pemerintah menugaskan BUMN khusus untuk membuka kebun sawit di Papua, bersama masyarakat sana," ujarnya. 

Adapun menurutnya jika produktivitas sawit tidak bisa ditingkatkan, total produksi sawit Indonesia tahun ini bisa turun menjadi 50 juta ton. 

Berdasarkan data Gapki, pada 2022 lalu produksi CPO mencapai 46,7 juta ton. Capaian itu turun 0,34 persen dibandingkan dengan 2021. Sementara itu, produksi crude palm kernel oil (CPKO) pada 2022 mencapai 4,5 juta ton. Dengan demikian, total produksi produk sawit Indonesia mencapai 51,2 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

minyak sawit sawit kelapa sawit minyak sawit mentah perkebunan kelapa sawit petani sawit industri sawit
Editor : Kahfi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top