Binsis.com, JAKARTA – Meningkatnya biaya energi dan transportasi membuat pabrikan di Inggris semakin meninggalkan pemasok luar negeri.
Bukan hanya itu, banyak perusahaan Uni Eropa pun khawatir dalam melakukan bisnis di Inggris, khususnya setelah Brexit.
Dilansir dari Reuters pada Selasa ( 7/3/2023), sebuah kelompok industri, Make UK mengatakan bahwa 40 persen pabrikan Inggris kembali mencari pemasok baru pada tahun lalu.
Survei tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah dari perusahaan responden menjelaskan bahwa pemasok UE lebih berhati-hati dengan Inggris mengingat ketegangan setelah Brexit dan adanya perselisihan antar ekonomi.
CEO Make UK Stephen Phipson menjelaskan bahwa rusaknya reputasi Inggris yang diakibatkan oleh kekacauan pada politik Inggris sejak pilihannya meninggalkan Uni Eropa sudah waktunya untuk diperbaiki.
“Salah urus politik ekonomi kita dan kerusakan reputasi Inggris sebagai mitra dalam skala besar, disertai dengan pengabaian aturan hukum pada sistem politik kita, harus dihentikan," kata Phipson.
Baca Juga
Saat ini, Inggris dan UE sudah sepakat atas perubahan aturan yang mengatur perdagangan setelah Brexit untuk Irlandia Utara, berbanding terbalik dengan strategi yang dimiliki oleh mantan perdana menteri Inggris Boris Johnson yang mengancam akan mengambil tindakan secara sepihak.
“Mudah-mudahan kesepakatan yang dicapai minggu lalu akan menjadi awal dari babak baru," ucap Phipson.
Di samping itu, Phipson juga meminta kepada pemerintah untuk segera mengembangkan strategi untuk mendukung industri di bidang otomotif Inggris dengan lebih banyak mengaktifkan kapasitas baterai listrik, menyelesaikan penundaan terhadap pembangkit listrik dan nuklir, serta meningkatkan pelatihan terhadap keterampilan.