Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia optimistis laju inflasi akan terjaga pada kisaran 2 hingga 4 persen pada semester kedua 2023.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa hingga Januari 2023, laju inflasi domestik telah menurun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Pada Januari 2023, inflasi indeks harga konsumen (IHK) tercatat rendah sebesar 0,34 persen secara bulanan.
Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut mencapai 5,28 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,51 persen.
Penurunan inflasi ini kata Perry didorong oleh penurunan inflasi inti dan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah, serta inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga.
“Perkembangan ini sebagai dampak positif kebijakan moneter BI yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam mengendalikan inflasi dengan didukung pengendalian inflasi volatile food melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan [GNPIP],” katanya dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).
Baca Juga
Pada Rapat Dewan Gubernur Februari ini, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen. Sebelumnya, sejak Agustus 2022, BI telah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 basis poin.
Perry mengatakan, kenaikan suku bunga acuan hingga 5,75 persen tersebut telah memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada pada kisaran 2–4 persen pada semester I/2023 dan inflasi IHK kembali ke sasaran 2–4 persen pada semester II/2023.
Dia menambahkan, tingkat inflasi IHK pada semester I/2023 masih akan berada pada tingkat yang tinggi dikarenakan low base effect sebelum ditetapkannya kenaikan harga BBM.
“Begitu base effect hilang, inflasi IHK akan di bawah 4 persen, kami perkirakan paling tinggi 3,5 persen di semester II nanti,” jelasnya.