Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei BI Proyeksikan Tekanan Inflasi Meningkat pada Maret 2023

Survei Bank Indonesia (BI) memproyeksikan tekanan inflasi akan meningkat di bulan Maret seiring dengan adanya momentum ramadhan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan tekanan inflasi pada Maret 2023 akan meningkat seiring dengan momentum bulan Ramadan 1444 Hijriah.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menuturkan bahwa Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada Maret mendatang mencapai 139,1 atau meningkat dibandingkan dengan Februari yang sebesar 134,6.

“Didorong oleh kenaikan harga selama bulan Ramadan 1444 H. Sementara itu, IEH Juni 2023 tercatat 138,3, menurun dibandingkan dengan Mei 2023 sebesar 140,2,” ujarnya dikutip dari laman resmi BI, Kamis (9/2/2023).

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai inflasi secara musiman memang selalu naik menjelang bulan puasa dan Lebaran. Oleh karena itu, dia menilai wajar jika masyarakat sudah berekspektasi inflasi akan meningkat.

Menurutnya, menahan laju inflasi pada bulan Ramadan hanya bisa dilakukan dengan cara memastikan pasokan mencukupi dan pemerintah melakukan operasi pasar.

“Melalukan monitor yang ketat dan menindak apabila ada pihak-pihak yang mencoba mempermainkan harga di pasar,” ujarnya kepada Bisnis.

Selain itu, bank sentral juga memperkirakan kinerja penjualan eceran bakal meningkat pada Januari 2023. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2023 sebesar 213,2 atau tumbuh 1,7 persen secara tahunan.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran yang dirilis BI, peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat dari bulan sebelumnya.

Meski demikian, penjualan eceran diperkirakan terkontraksi 2,1 persen secara bulanan seiring kontraksi di seluruh kelompok. Penurunan paling dalam terjadi di kelompok peralatan informasi dan komunikasi, diikuti subkelompok sandang, serta kelompok barang budaya dan rekreasi.

“Hal ini sejalan dengan pola musiman akibat isasi permintaan pascaperayaan Hari Besar Keagamaan Nasional [HBKN] Natal dan Tahun Baru,” ujar Erwin.

Bank sentral mencatat penjualan eceran pada Desember lalu bertumbuh dengan IPR meningkat tipis 0,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni 1,3 persen yoy.

Penjualan eceran pada Desember didorong oleh kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta barang budaya dan rekreasi. Adapun kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta suku cadang dan aksesori mengalami perbaikan meski masih berada dalam fase kontraksi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper