Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Jerman naik tipis pada Januari 2022, namun masih di bawah proyeksi analis. Bantuan pemerintah untuk meringankan beban rumah tangga dari melonjaknya biaya energi belum bisa menekan inflasi lebih dalam lagi.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (9/2/2023), badan statistik Jerman Destatis melaporkan inflasi Januari mencapai 8,7 persen, naik tipis dari 8,6 persen pada Desember namun masih di bawah proyeksi analis sebesar 8,9 persen.
Sementara itu, inflasi yang disesuaikan atau Harmonized CPI (HCPI) turun menjadi 9,2 persen dari 9,6 persen di Desember. Destatis menunda jadwal rilis data tersebut minggu lalu karena masalah pemrosesan.
Penundaan tersebut membuat Statistical Office of the European Communities (Eurostat) menyusun ekonomi Uni Eropa menggunakan data estimasi Jerman.
Data ini setengah poin lebih tinggi dari asumsi Eurostat dan meningkatkan kemungkinan revisi ketika angka final dipublikasikan pada 23 Februari mendatang.
Kepala analis makroekonomi global ING Carsten Brzeski mengatakan data inflasi jerman saat ini berpotensi merevisi data inflasi Eropa sebesar 0,1 persen dari 8,5 persen.
Baca Juga
Menginterpretasikan data ini menjadi rumit karena adanya penetapan harga ulang kontrak energi rumah tangga secara berkala dan berbagai langkah bantuan dari pemerintah.
Ada perubahan dalam harga-harga barang konsumen yang digunakan Destatis sebagai sebagai acuan. Karena perubahan tersebut, lembaga ini tidak mempublikasikan rincian komponen-komponen yang terpisah.
Jerman menaikkan tagihan gas alam konsumen pada Desember, sementara batas harga listrik mulai berlaku pada Januari. Batas atas harga gas akan mulai berlaku bulan depan dan rumah tangga akan menerima penggantian biaya untuk dua bulan pertama tahun ini.
Sejak data inflasi Eurostat minggu lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin dan mengisyaratkan kenaikan dengan besaran yang sama pada pertemuan berikutnya Maret mendatang.
Para pembuat kebijakan khawatir tekanan harga yang terus berlanjut dengan inflasi inti tetap berada di rekor 5,2 persen saat Januari dapat memicu kenaikan harga upah yang menuntut tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Presiden Bundesbank Joachim Nagel Boersen-Zeitung mengatakan menjadi bahaya besar ketika tingginya inflasi bertahan lama dan ECB terlalu cepat menaikkan suku bunga.
"Dari sudut pandang saya saat ini, kenaikan suku bunga yang lebih signifikan akan dibutuhkan," tuturnya.