Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Resesi! Ekonomi Jerman Terkontraksi 0,2 Persen di Kuartal IV/2022

produk domestik bruto (PDB) Jerman turun 0,2 persen pada kuartal IV/2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Para pekerja konstruksi terlihat siluet saat berdiri di atas platform di lokasi pembangunan kantor pusat Bank Sentral Eropa (ECB) yang baru saat tur media di Frankfurt, Jerman, 31 Oktober 2013./Reuters-Kai Pfaffenbach
Para pekerja konstruksi terlihat siluet saat berdiri di atas platform di lokasi pembangunan kantor pusat Bank Sentral Eropa (ECB) yang baru saat tur media di Frankfurt, Jerman, 31 Oktober 2013./Reuters-Kai Pfaffenbach

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Jerman secara tak terduga terkontraksi pada kuartal IV/2022. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di Eropa ini jatuh ke jurang resesi.

Dilansir dari Reuters pada Senin (30/1/2023), kantor statistik federal Jerman melaporkan produk domestik bruto (PDB) turun 0,2 persen pada kuartal IV/2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), PDB Jerman naik 0,5 persen.

Data PDB Jerman tersebut berada di bawah ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters dan Bloomberg, yang memperkirakan PDB akan stagnan di kuartal keempat (qtq).

Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Jerman tumbuh sedikit dengan revisi naik 0,5 persen (qtq) dan 1,3 persen yoy.

Penurunan pada kuartal keempat ini meningkatkan kemungkinan terjadinya resesi teknikal di Jerman, yang biasanya didefinisikan sebagai kontraksi yang terjadi dalam dua kuartal berturut-turut. Hal ini karena banyak ahli memperkirakan ekonomi akan menyusut pada kuartal I/2023.

Kementerian ekonomi mengatakan bahwa situasi di Jerman diperkirakan akan membaik mulai musim semi dan seterusnya.

Pemerintah Jerman pekan lalu merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 menjadi 0,2 persen dari perkiraan kontraksi 0,4 persen pada akhir tahun lalu.

Namun, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck masih memperingatkan kemungkinan terjadinya resesi dan krisis yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina yang belum berakhir.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper