Bisnis.com, JAKARTA - PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), anak usaha PT Lippo Cikarang (LPCK) menargetkan serah terima 18.000 unit kepada konsumen apartemen Meikarta secara bertahap hingga 2027.
CEO PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), Indra Azwar, menerangkan penyerahan dilakukan secara bertahap sesuai dengan yang tercantum dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) bernomor 328/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst atau putusan homologasi.
"Sampai dengan tahun 2022 sudah 4.200 unit kita serahterimakan atau sekitar 30 persen. Target 2023 sejumlah 2.200 atau 14 persen dari total unit," kata Indra dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU), Senin (13/2/2023).
Selanjutnya, pada 2024, dia menyebut PT MSU akan menyerakan 3.400 unit atau 21 persen, pada 2025 sebanyak 3.000 unit atau 18 persen, sehingga 2025 total yang diserahkan 83 persen secara keseluruhan.
Kemudian, pada 2026 akan diserahkan 3.100 unit atau 10 persen. Selanjutnya pada 2027 sekitar 1.997 unit atau 7 persen.
"Kami yakin bisa menyelesaikan ini sesuai dengan keputusan PKPU itu. Kami tidak mau membawa masalah terhadap negara ini dan tentu tujuan kami membangun kota mandiri dan itu sangat dibutuhkan oleh kawasan Industri Bekasi-Purwakarta," jelasnya.
Tak hanya penyerahan unit, PT MSU juga mengklaim telah menggarap infrastruktur jalan hingga saluran air untuk kawasan seluas 84 hektare tersebut. Dia menegaskan, saat ini hanya perlu melakukan penyerahan unit, tapi pembangunan masih berjalan.
"Kami yakin bahwa kami bisa menyerahkan 18.000 unit sampai akhir 2027. Bahkan kami ingin ini selesai lebih awal lagi," ujarnya.
Di samping itu, Indra menuturkan, rata-rata harga lahan di kawasan Meikarta, Cikarang yaitu Rp7 juta per meter persegi. Namun, saat ini harga tersebut meningkat dan menghasilkan capital gain yang cukup tinggi. Adapun, peningkatan nilai dari unit apartemen Meikarta saat ini mencapai Rp11-15 juta per meter persegi.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK), Ketut Budi Wijaya, menceritakan bahwa mulanya Meikarta merupakan megaproyek konsorsium Lippo Company dengan 10 perusahaan asing asal China, Hong Kong, dan Singapura.
Konsorsium tersebut dipimpin oleh perusahaan asal China. Namun, setelah PKPU disahkan, semua perusahaan asing tersebut mundur.
"Mereka datang dari broker, kemudian menawarkan untuk membangun suatu kota dengan cepat. Perkembangan LPCK saat itu, kami membutuhkan bantuan untuk mengembangkan. Saya kurang [tahu] untuk nama-namanya [Konsorsium], mungkin sekitar 10 perusahaan semua menghilang," ujar Ketut.
Ketut menegaskan bahwa pihaknya tidak membiarkan proyek tersebut terbengkalai di tengah kondisi tersebut Lippo Cikarang tetap melanjutkan pengerjaan proyek tersebut dengan menyuntikkan dana sebesar Rp4,5 triliun.