Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Belum Pulih Sepenuhnya, Ini Tantangan Industri Mamin pada 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri mamin sepanjang 2022 mencapai 4,9 persen. 
Widya Islamiati
Widya Islamiati - Bisnis.com 12 Februari 2023  |  19:03 WIB
Belum Pulih Sepenuhnya, Ini Tantangan Industri Mamin pada 2023
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa - Kemenperin
Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) menyebut bahwa industri makanan dan minuman atau mamin belum sepenuhnya pulih dari penurunan kinerja akibat pandemi Covid-19.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman menyebut, meskipun industri yang digelutinya tidak terlalu terdampak pelemahan ekspor, tetapi industri mamin belum pulih sepenuhnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri mamin sepanjang 2022 mencapai 4,9 persen. 
“Karena sebelum pandemi pertumbuhan bisa di atas 7 - 9 persen ya, kadang pernah di atas 10 persen ya, ini kenapa demikian, karena kita memang masih dalam proses pemulihan,” kata Adhi saat dihubungi Bisnis pada Sabtu (12/2/2023).
Namun demikian, menurutnya, dalam proses pemulihan ini industri mamin terus bertumbuh dengan permintaan yang terus membaik, pada saat industri lain seperti industri tekstil terpuruk pada kuartal III/2022 dan IV/2022.
“Permintaan terus meningkat, baik lokal maupun ekspor ya. Ekspor juga peningkatannya cukup signifikan juga sekitar 20 persen,” tambahnya.
Industri mamin pada kuartal I/2022 dan II/2022 mengalami pertumbuhan sebesar 3,75 persen dan 3,68 persen. Kemudian, pada kuartal III/2022 bertumbuh 3,57 persen dan kian membaik dengan pertumbuhan 8,68 persen yoy pada kuartal IV/2022.
Meskipun cenderung lebih baik, kata Adhi, industri makanan juga terdampak ketidakstabilan geopolitik dan perubahan iklim yang tidak menentu yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku, harga energi, serta harga logistik. 
“Dan tahun ini kita juga menghadapi hal yang sama, geopolitik dan climate change ini belum menentu. Menurut saya, pertumbuhan 5 persen ini sudah cukup bagus dalam kondisi saat ini,” tuturnya.
Adhi tetap optimistis pertumbuhan industri mamin akan moncer pada tahun ini lantaran nilai investasi yang menurutnya akan terus meningkat. 
Adhi memperkirakan industri mamin akan bertumbuh sebesar 5 persen pada 2023 seiring nilai investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), yang menurutnya diproyeksikan akan meningkat sekitar 20 persen.
 
Optimismenya ini didorong oleh peningkatan nilai investasi pada 2022 lalu. Dia menuturkan, nilai investasi PMDN industri mamin meningkat 107 persen mencapai Rp54,9 triliun dari Rp26,5 triliun pada 2021.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebutkan, industri mamin termasuk industri yang baik-baik saja usai meletusnya perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan pelemahan ekonomi di berbagai sektor industri.
“Yang masih cukup tinggi terlihat ini sektor yang berkaitan dengan makanan dan minuman karena ini adalah basic needs ya, kebutuhan pokok, [sehingga] banyak negara yang membutuhkan itu,” ungkap Bhima saat dihubungi Bisnis pada (19/1/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

industri mamin gapmmi
Editor : Denis Riantiza Meilanova

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top