Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Tambang Tembaga Bawah Tanah Merdeka Copper (MDKA) Beroperasi 2028

MDKA telah merogoh kocek hingga US$150 juta untuk studi awal tambang tembaga Tujuh Bukit, diperkirakan bisa beroperasi pada 2028.
Mutiara Nabila
Mutiara Nabila - Bisnis.com 09 Februari 2023  |  18:49 WIB
Tambang Tembaga Bawah Tanah Merdeka Copper (MDKA) Beroperasi 2028
GM Corcomm PT Merdeka Copper Gold Tbk. Tom Malik memberikan pemaparan saat media visit Merdeka Copper Gold ke redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Kamis (9/2).JIBI/Bisnis - Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Proyek tambang tembaga bawah tanah PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) diperkirakan siap beroperasi 5 tahun lagi atau mulai 2028.

GM Corporate Communication MDKA Tom Malik mengatakan, proyek tambang tembaga Tujuh Bukit, di bawah tambang emas Tujuh Bukit, di Banyuwangi Jawa Timur, akan beroperasi pada 2028. Proyek tembaga tersebut disiapkan menjadi salah satu proyek tembaga terbesar di dunia.

Berdasarkan data MDKA, sumber daya mineral tambang tersebut mencapai 1.784 Mt bijih yang mengandung sekitar 8,2 juta ton tembaga dan 28,6 juta ounce emas, termasuk sumber daya terindikasi 372 Mt.

Tom menuturkan, kandungan bijih itu dapat dibandingkan dengan tambang tembaga emas Batu Hijau di Sumbawa milik  PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan Tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.

“Jadi tambang tembaga ini kalau mulai berproduksi bisa nambah produksi tembaga Indonesia hingga 30-40 persen, direncanakan beroperasi pada 2028,” kata Tom saat melakukan kunjungan media ke Bisnis Indonesia, Kamis (9/2/2023).

Sejak 2018, MDKA telah menggelontorkan investasi hampir US$150 juta untuk melakukan studi eksplorasi. Nantinya, hasil produksi tembaga dari tambang Tujuh Bukit akan diproses lebih lanjut menyusul dengan adanya larangan ekspor konsentrat tembaga.

“Kami melihat alternatif apa untuk memproses konsentrat yang nanti dihasilkan. Karena kalau tembaga dari tambang kami yang di Wetar sudah beroperasi tetap bisa diekspor karena bentuknya sudah lempengan. Tahun lalu produksinya hampir 20.000 ton,” jelasnya.

Merdeka telah menunjuk Stantec dan DRA sebagai konsultan teknis utama untuk menuntaskan pra-studi kelayakan (PFS) pada kuartal I/2023. PFS akan mencakup pemeriksaan kelayakan teknis dan ekonomi dari gua sub-level (SLC) awal 4 juta ton per tahun yang berfokus pada bagian atas deposit yang bermutu tinggi.

Potensi pengembangan operasi SLC akan memungkinkan Merdeka untuk secara signifikan mengurangi investasi modal pra-produksi di muka dan mencapai produksi lebih awal sebelum beralih ke pengembangan operasi blok gua 24 juta ton per tahun yang lebih besar sebagaimana yang dimaksud dalam studi lingkup.

Operasi SLC akan membuat bijih tembaga Tujuh Bukit yang berkadar tinggi dapat diakses lebih awal sehingga memungkinkan MDKA untuk menerapkan pemahaman operasi SLC dan meningkatkan pemahaman atas bijih untuk meminimalisir risiko dan mengoptimalkan perluasan blok galian.

Dengan proses perizinan dimulai dengan studi kelayakan Pemerintah Indonesia telah selesai dan disetujui pada pertengahan 2022, MDKA menargetkan proses selanjutnya, yaitu perizinan lingkungan, dapat selesai pada September 2023, dan pembangunan dapat dimulai pada awal 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

merdeka copper mdka komoditas tembaga
Editor : Denis Riantiza Meilanova

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top