Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Terbanyak Domestik, Gelombang PHK Tekstil Tak Sentuh Zatta Jaya (ZATA)

ZATA memfokuskan pasar domestik. Pada tahun ini, emiten menargetkan pertumbuhan kinerja 10 persen dan pendapatan Rp225,3 miliar.
Zata, elzatta
Zata, elzatta
Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil, PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA) justru membidik pendapatan pada tahun ini mencapai Rp225,3 miliar dengan target pertumbuhan kinerja mencapai 10 persen.
Sekertaris Perusahaan PT Bersama Zatta Jaya Tbk Irvan Rachmawan menyebut, hal ini dikarenakan perusahaan dengan kode emiten ZATA ini tidak terdampak ketidakstabilan kondisi geopolitik, lantaran tidak mengandalkan pasar ekspor.
“Saat ini fokus utama kami ke [pasar] dalam negeri. Sehingga tidak terdampak dengan terganggunya ekspor ke Amrik [Amerika Serikat] dan Eropa,” kata Irvan saat dihubungi Bisnis pada Rabu (8/2/2023).
Pengoptimalan pasar domestik juga menjadi salah satu fokus ZATA sebagai strategi mengejar target pertumbuhan kinerja 10 persen dan pendapatan Rp225,3 miliar.
“Strategi bisnis tetap konsisten memelihara sustainability usaha. Untuk tahun 2023 zata masih konsen untuk mengoptimalkan pemenuhan pasar domestik,” tambah Irvan.
Meskipun, kata Irvan, saat ini ZATA yang juga disebut dengan Elcorps ini tengah menggarap kerjasama untuk pemasaran di Timur Tengah.
“Walaupun tidak menutup kemungkinan menjajaki peluang pasar ekspor, diantaranya kerjasama perseroan dengan Al wafaa Investment Oman untuk menggarap pasar Timur Tengah yang disepakati pada Desember lalu,” tuturnya.
Menurutnya, setelah menurun drastis saat pandemi, industri tekstil akan mulai membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Terlebih, optimisme ini, katanya, didukung dengan meningkatkanya penjualan ZATA pada awal tahun 2023.
“Kami optimistis pasar fashion tahun 2023 akan tumbuh lebih baik dari 2022, terbukti penjualan kami pada awal tahun tumbuh diatas target,” katanya.
Seperti diberitakan Bisnis sebelumnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) khususnya garmen tengah dibayangi badai PHK. Tercatat terjadi penambahan PHK sebanyak 15.316 orang selama periode Oktober - November 2022. 
Mengutip data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), total tenaga kerja pabrik garmen yang yang kehilangan pekerjaan sampai dengan awal November 2022 mencapai 79.316 orang dari 111 perusahaan. 
Bahkan, pergantian tahun belum memberikan prospek cerah bagi industri tekstil. Pelaku industri menilai pada 2023, justru kinerja industri berpotensi lebih kelam. 
“Kinerja tahun 2023 dibayangi oleh inflasi di benua Eropa dan Amerika Serikat, yang masih tinggi dan juga suku bunga yang tinggi. Tumpuan TPT pada tahun 2023 adalah market dalam negeri,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja saat dihubungi Bisnis pada Senin (16/1/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Widya Islamiati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper