Bisnis.com, JAKARTA - Keppel Corporation mencatat penurunan laba tahunan yang tajam, imbas pendapatan unit usaha bidang real estat yaitu Keppel Land yang tertekan akibat kondisi pasar properti China.
Dikutip dari Channel News Asia, Senin (6/2/2023) laba bersih Keppel Corp turun dari SGD1,02 miliar pada 2021 menjadi SGD927 juta per 31 Desember 2022. Angka tersebut pun meleset dati perkiraan rata-rata analis Refinitiv IBES sebesar Rp948,70 juta.
Unit usaha pengembangan perkotaan atau Keppel Land melaporkan keuntungan sebesar SGD282 juta di 2022. Angka tersebut menurun drastis jika dibandingkan laba pada 2021 yang mencapai SGD763 juta.
Konglomerasi Singapura yang telah berdiri sejak 1968 itu mengatakan usaha real estat terpukul oleh penjualan rumah yang melambat dan kontribusi yang rendah dari proyek di China dan keuntungan yang tak sebanding dengan nilai invetsasi.
Sebagaimana diketahui, sektor properti China telah terhuyung-huyung diambang krisis sepanjang 2022 akibat pandemi dan laju kredit pengembang yang tersendat sehingga memicu kesulitan membayar.
Namun, pemerintah China mulai melakukan pergeseran kebijakan baru-baru ini untuk membangkitkan sektor properti. Kondisi krisis properti China diperkirakan akan mereda dengan permintaan domestik yang lebih kuat dan harapan pertumbuhan yang lebih tinggi pascakebijakan nol Covid-19.
Keppel Corp meyakini pasar properti China yang mereda dan dukungan kebijakan untuk sektor real estat akan meningkat sentimen pasar.
Sementara itu, dilansir Reuters, meskipun ada hambatan di pasar utama Keppel Land, khususnya China, monetisasi aset Grup Keppel tetap sehat. Pada Oktober 2020, tercatat Keppel Land mengumpulkan SGD3,6 miliar monetisasi dan aset tunai lebih dari SGD4,6 miliar.
Pendapatan grup dari manajemen aset dan bisnis energi lingkungan naik menjadi SGD6,62 miliar dari SGD6,61 miliar tahun lalu. Sebagaimana diketahui, Keppel memiliki bisnis di berbagai sektor melalui Keppel Energy, Keppel Telecommunications & Transportation, hingga Keppel Integrated Engineering.