Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyampaikan sejumlah dilema terkait dengan kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang saat ini digencarkan pemerintah.
Dia menyampaikan, biaya hilirisasi komoditas dari bahan baku hingga menjadi barang jadi membutuhkan biaya yang sangat besar.
“Pertama, smelter untuk bisa membuat finish product biayanya besar sekali, Rp5 triliun ke atas, bisa sampai belasan triliun,” katanya dalam acara Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Kedua, Jahja mengatakan smelter membutuhkan listrik yang sangat besar, sementara PLN belum dapat memenuhi kebutuhan listrik tersebut sehingga masih dibutuhkan pembangkit listrik batu bara.
Sementara itu, perbankan asing hanya mau memberikan pembiayaan dengan bunga yang murah untuk smelter produk, tidak untuk batu bara.
“Bank asing mau memberikan dana murah untuk smelter produk, hanya smelter-nya tok, tidak mau batu baranya, ini dilempar ke pemain lokal. Buat kami dilematis karena ada proses ESG [environmental, social, and corporate governance],” jelasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, perbankan juga membutuhkan pasokan dolar yang sangat besar karena mayoritas eksportir membutuhkan pinjaman dalam bentuk dolar AS.
“Menjadi catatan saja, investor pun kalau full lokal, masih bertanya-tanya, untuk investasi sebesar itu diperlukan jangka waktu yang lama untuk return capital-nya,” tambah Jahja.
Pemerintah saat ini gencar mendorong hilirisasi SDA untuk dijadikan sebagai prioritas investasi sehingga Indonesia dapat segera beralih ke ekonomi berkelanjutan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa prioritas investasi pada hilirisasi SDA diharapkan dapat meningkatkan peran Indonesia dalam proses transisi energi saat ini. Dengan demikian, Indonesia dapat berpartisipasi cukup besar dalam menurunkan emisi karbon global.
“Hilirisasi sumber daya alam merupakan salah satu prioritas investasi kita untuk menyambut ekonomi baru masa depan,” kata dia.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun memperkirakan nilai investasi hilirisasi dapat mencapai US$545,3 miliar yang dihasilkan dari 8 sektor prioritas.
Jika dirincikan, nilai investasi pada sektor mineral dan batubara diperkirakan mencapai US$427,1 miliar, minyak dan gas bumi senilai US$67,6 miliar, serta sektor perkebunan, kelautan, perikanan, dan kelautan sebesar US$50,6 miliar.