Bisnis.com, JAKARTA - PT Phapros Tbk. tengah membidik peluang pasar alat kesehatan tulang dan gigi dengan meluncurkan produk baru pada tahun ini.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko mengatakan bahwa alkes tulang dan gigi memiliki pasar yang cukup besar di Indonesia sehingga perusahaan menjadikannya sebagai bagian perencanaan produksi 2023.
Tahun ini, emiten dengan kode saham PEHA tersebut akan meluncurkan alat kesehatan (alkes) tulang dan gigi berupa bone filler yang merupakan kolaborasi bersama Universitas Airlangga dan RSUD dr. Soetomo, Surabaya.
Menurutnya, kebutuhan bone filler tidak saja untuk korban kecelakaan patah tulang dan gigi, tapi juga pada masyarakat usia senja yang membutuhkan rekonstruksi persendian seperti penggantian panggul dan lutut.
Dia menambahkan bahwa hilirisasi riset dilakukan dengan proses transfer teknologi pada fasilitas produksi milik Phapros.
“Target kami pada akhir 2023 ini alkes tersebut sudah bisa dipasarkan. Apalagi ini merupakan bone filler pertama buatan dalam negeri, produk kompetitor yang ada saat ini masih impor," ujarnya dalam keterangan resminya, Jumat (27/1/2023).
Baca Juga
Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAkI) mencatat potensi penjualan alat kesehatan mencapai US$2,2 juta per tahun dengan jumlah potensi tersebar di sekitar 3000 rumah sakit serta 9.000 puskesmas dan klinik swasta di seluruh Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan data Kemenkes sejak 2015 hingga 2021, jumlah perusahaan yang memproduksi alkes meningkat dari 193 menjadi 891 perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, industri perangkat medis dalam negeri mengalami pertumbuhan sebesar 361,66 persen.
Pengamat Pemasaran Strategis dari BINUS Business School Asnan Furinto segmen alkes gigi dan tulang ini dapat menjadi pilar baru sumber pertumbuhan masa depan untuk Phapros. Ini merupakan bagian dari hilirisasi riset sekaligus perluasan portofolio Phapros yang bisa menambah kelengkapan produk.
"Pertumbuhan pesat ini tentunya menggambarkan ukuran pasar yang membesar sangat cepat, salah satunya tentunya dipicu oleh kejadian pandemi Covid-19 dan juga akibat dari terjadinya transformasi digital selama lima tahun terakhir ini," jelasnya.