Bisnis.com, JAKARTA – Singapura mencatat inflasi inti di atas proyeksi ekonom pada Desember 2022.
Dilansir dari Channel News Asia pada Rabu (25/1/2023), Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) melaporkan inflasi inti mencapai 5,1 persen pada bulan Desember 2022. Angka tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 5 persen.
MTI mencatat kenaikan barang ritel kebutuhan lainnya, serta listrik dan gas yang lebih kecil dari sebelumnya, diimbangi oleh kenaikan harga makanan dan jasa yang lebih tinggi. Adapun data inflasi inti mengecualikan perubahan harga akomodasi dan transportasi pribadi.
Sementara itu, inflasi utama mencapai 6,6 persen pada bulan Desember, lebih rendah dari 6,7 persen pada bulan November menyusul penurunan angka inflasi transportasi pribadi.
Untuk keseluruhan tahun 2022, inflasi inti rata-rata mencapai 4,1 persen, lebih tinggi dari 0,9 persen pada tahun 2021. Inflasi secara keseluruhan mencapai 6,6 persen pada 2022, naik dari 2,3 persen pada tahun sebelumnya.
MTI mengatakan inflasi inti diproyeksikan akan tetap tinggi pada paruh pertama tahun 2023 sebelum melambat pada paruh kedua. Hal ini mempertimbangkan naiknya sejumlah risiko seperti guncangan harga komoditas global.
Baca Juga
Inflasi inti terus naik pada tahun 2022, mencapai level tertinggi dalam 14 tahun terakhir di 5,3 persen pada bulan September sebelum bertahan di 5,1 persen.
Pada bulan Desember, inflasi makanan naik menjadi 7,5 persen dari 7,3 persen pada bulan sebelumnya, didorong oleh kenaikan harga makanan mentah yang lebih tinggi.
Sementara itu, inflasi sektor jasa naik menjadi 3,7 persen dari 3,6 persen karena peningkatan biaya pengeluaran liburan akhir tahun,
"Pada saat yang sama, biaya layanan telekomunikasi cenderung turun dengan laju yang lebih lambat, sedangkan biaya pendidikan dan biaya-biaya lain melonjak tajam," jelas MAS dan MTI.
Pada tahun 2023 dengan mempertimbangkan semua faktor termasuk kenaikan Goods and Services Tax (GST), inflasi umum diproyeksikan rata-rata sebesar 5,5-6,5 persen, sedangkan inflasi inti mencapai 3,5-4,5 persen.
Jika tidak memperhitungkan faktor kenaikan GST, inflasi diproyeksikan mencapai 4,5-5,5 persen, sementara angka inflasi inti diperkirakan berkisar antara 2,5-3,5 persen.
"Ada risiko-risiko kenaikan pada prospek inflasi, termasuk guncangan harga komoditas global dan sumber inflasi eksternal dan domestik yang tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan," jelas MAS dan MTI.