Bisnis.com, JAKARTA – Prospek bisnis penerbangan umrah pada 2023 diprediksi akan positif seiring dengan berakhirnya pembatasan perjalanan. Kendati demikian, sejumlah tantangan akan membayangi maskapai nasional yang membuka pelayanan umrah.
Pemerhati penerbangan Alvin Lie mengatakan berakhirnya pembatasan perjalanan selama masa pandemi virus Covid-19 berpotensi memicu kenaikan jumlah peserta umrah Indonesia. Target jumlah pelaku perjalanan umrah pada 2023 sebesar 1,5 juta penumpang akan berkontribusi sekitar 8 persen dari total keberangkatan penumpang rute internasional di Indonesia.
Alvin memaparkan, kebutuhan penerbangan untuk ibadah cenderung lebih tahan terhadap gejolak ekonomi dibandingkan dengan penerbangan secara umum. Menurutnya, minat masyarakat Indonesia untuk beribadah umrah akan tetap tinggi walaupun kondisi ekonomi kurang kondusif.
“Yang mungkin terjadi hanya mengurangi kenyamanan dan mereka menyederhanakan rencana perjalanan, seperti tidak mampir ke negara lain atau memakai penerbangan yang lebih murah,” kata Alvin saat dihubungi, Kamis (19/1/2023).
Adapun, Alvin mengatakan maskapai penerbangan yang melayani penerbangan umrah harus mampu memenuhi kebutuhan jemaah yang beragam. Hal ini mencakup berbagai hal mulai dari aspek pelayanan, kenyamanan, dan program perjalanan.
Alvin melanjutkan maskapai penerbangan nasional yang melayani rute umrah juga harus bersaing dengan kompetitor asal Timur Tengah Seperti Etihad, Emirates, Qatar Airways, dan Turkish Airlines serta Saudia Airlines yang berasal dari Arab Saudi.
Baca Juga
“Posisi tawar maskapai nasional juga cenderung lemah terhadap agen perjalanan umrah,” katanya.
Dia menuturkan maskapai asal Indonesia yang melayani perjalanan umrah adalah Lion Air dan Batik Air dari Lion Group serta maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan entitas anaknya Citilink.
Seiring dengan hal tersebut, Alvin menyarankan maskapai nasional untuk mampu berinovasi dengan menawarkan paket–paket umrah yang hemat dan menarik. Selain itu, aspek pelayanan peserta ibadah juga harus memiliki standar yang prima.
Sementara itu dia juga menyarankan adanya regulasi yang bersifat melindungi, terutama untuk penerbangan langsung (direct) dari dan ke Arab Saudi. Alvin mencontohkan, penerbangan langsung ke Arab Saudi hanya diperbolehkan untuk maskapai nasional dan Saudia Airlines sebagai maskapai tuan rumah.
Selain itu, agen perjalanan umrah juga dapat diberikan insentif untuk memprioritaskan penerbangan–penerbangan langsung tersebut.
“Contoh lain adalah slot penerbangan untuk maskapai Timur Tengah harus diimbangi dengan slot untuk maskapai nasional. Yang menjadi pertanyaan apakah armada dari Grup Garuda dan Lion Group cukup besar untuk mengisi slot tersebut,” ujarnya.