Bisnis.com, DAVOS - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan Indonesia tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar fosil pada 2024. Pernyataan tersebut disampaikan di sela-sela perhelatan world Economic Forum (WEF) Annual Meeting di Davos, Swiss pada Selasa (17/1/2023).
Luhut mengatakan Indonesia memiliki potensi renewable energy mencapai 437,4 giga watt (GW). Menurutnya, Indonesia harus berinvestasi pada dekarbonisasi pembangkit listrik melalui transisi energi.
"Peta jalan dekarbonisasi Indonesia membutuhkan industri untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi," paparnya dalam panel Indonesia Net Zero Pathway: Opportunity & Challanges dalam Indonesia Pavilion 2023 di Davos, Swiss, Selasa (17/1).
Indonesia, lanjutnya membangun ekonom hijau berdasarkan pada lima pilar, yakni dekarbonisasi di sektor pembangkit listrik, transportasi rendah karbon melalui kendaraan listrik, alternatif bahan bakar, industri hijau, dan carbon sinks.
Terkait dengan bahan bakar alternatif, Luhut mengatakan pada 2045 Indonesia dapat menghasilkan sekitar 100 juta ton crude palm oil (CPO). Dari situ, 30% digunakan untuk pangan, 70 persen akan digunakan untuk etanol setelah melalui riset.
"Jadi saat itu kami tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar fosil [pada 2045]," ucap Luhut.
Muhammad Yusrizki, Ketua Kadin Indonesia Net Zero Hub menambahkan Indonesia telah mengambil langkah positif yang signifikan menuju masa depan Net Zero pada 2060. Langkah konkret itu mencakup strategi termasuk dekarbonisasi industri, elektrifikasi, skema pensiun dini PLTU, restorasi mangrove.
"Untuk mewujudkan itu semua, tentunya kita akan memerlukan kolaborasi dari banyak pihak terkait, baik itu pemerintah, pemimpin industri, asosiasi, organisasi kemasyarakatan, serta para investor untuk bersama meraup potensi ekonomi hijau dan sekaligus berkontribusi kepada upaya mitigasi perubahan iklim,” pungkasnya.